Pertama, rencana kerja semua negara dalam bentuk “AMR National Action Plan”. Menurut Prof Tjandra, akan baik kalau rencana kerja tersebut, sekarang ini dilihat bagaimana hasilnya.
Sehingga, rencananya kemudian dapat diakomodasi sesuai dengan tantangan terakhir.
Kedua, juga dimulai pelaksanaan pengumpulan data negara anggota di Asia Tenggara untuk masuk dalam data dunia dalam bentuk "Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS)".
Ketiga, saya juga memulai program “Tripartite AMR country self-assessment survey (TrACSS)” untuk mengetahui bagaimana program AMR berjalan, dimana Indonesia juga turut serta.
Keempat, pelaksanaan "World Antimicrobial Awareness Week" satu tahu sekali sebagai bahan peningkatan pemahaman dan advokasi, tingkat dunia, regional dan negara, termasuk Indonesia.
"Semoga semua kegiatan ini dapat terus ditingkatkan di masa datang, dan semoga Indonesia dapat menangani “silent pandemic” AMR ini. Hal baik yang dilakukan adalah mencari istilah Indonesia untuk AMR, dapat berupa “Resistensi Anti Mikrobial (RAM)," pungkasnya.