Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sesuai panduan pengampu pengobatan kanker dunia, pengobatan kanker saat ini meliputi: pembedahan, kemoterapi, radioterapi, hingga terapi paliatif, yang bertujuan mempertahankan kualitas hidup pasien.
Ketua Dewan Pertimbangan Perhimpunan Hematologi Onkologi Penyakit dalam Indonesia (Perhompedin) Prof Dr dr Arry Harryanto mengatakan, keseluruhan pengobatan kanker ini membutuhkan tim multidisiplin dalam penatalaksanaannya
Baca juga: Apakah BPA Bisa Menyebabkan Kanker? Dokter Ungkap 3 Penyebab Kanker Terbanyak di Indonesia
"Seperti internis umum, internis fellow oncology (IFO), konsultan hematologi onkologi medik, maupun dokter umum," kata dia dalam konferensi pers ROICAM 2022 di Jakarta, Sabtu (1/10/2022).
Perhompedin pun mendorong, kolaborasi berbagai bidang keilmuan melakukan pertemuan rutin untuk membahas
perkembangan pasien terkait tatalaksana kanker yang semakin kompleks ini.
Baca juga: Risiko Pernikahan Dini, Picu Kanker Serviks pada Perempuan
"Peran pemerintah dalam menentukan kebijakan juga memiliki peran yang krusial,
penting untuk mensosialisasikan deteksi dini pada kanker agar pengobatan dapat dilakukan tepat, lebih mudah dan hemat biaya," harap dia.
Tahun ini kembali digelar The Role of Internist in Cancer Management (ROlCAM)
sejak tahun 2012, yang mengusung tema Colaborative Cancer Management: From Primary to Tertiary Health Service.
Dalam kesempatan ini, para ahli Hematologi-Onkologi Medik berkomitmen untuk membangun jembatan yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu dalam penatalaksanaan kanker di Indonesia melalui pendekatan multidisiplin.
Baca juga: Kanker Tulang: Gejala, Penyebab, Jenis, hingga Faktor Risikonya
"Kami berharap ROICAM 9 dapat menjadi ajang untuk berbagi ilmu, memperluas jejaring, serta memberikan gambaran akan pentingnya tim multidisiplin dalam tatalaksana kanker,"kata Ketua pelaksana ROICAM 9 Dr. dr. Hilman Tadjoedin, SpPD, KHOM.
Beban kesakitan dan kematian akibat kanker terus meningkat di indonesia.
Data berdasarkan studi Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada tahun 2018 dan 2020, menunjukkan angka kasus baru dan kematian kanker di Indonesia meningkat sekitar 8,8 persen hanya dalam waktu dua tahun terakhir.
Baca juga: Manfaat Buah Sukun untuk Kesehatan, Baik untuk Jantung hingga Kurangi Risiko Kanker
Bahkan, beban kanker global diperkirakan menjadi 28,4 juta kasus pada tahun 2040, naik 47 persen dari tahun 2020.
Hal ini tentu akan menambah beban finansial pada pasien, keluarga dan pemerintah.