News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bahaya Gas Air Mata Kedaluwarsa: Bisa Terurai jadi Sianida dan Hambat Siklus Menstruasi

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto gas air mata saat tragedi kanjuruhan dan dampkanya pada korban yang selamat, ada yang alami iritasi pada mata hingga sesak napas. Kedua matan Raffi Atha Dziaulhamdi masih merah setelah mengalami iritasi akibat gas air mata.

TRIBUNNEWS.COM - Inilah bahaya gas air mata kedaluwarsa.

Profesor Venezuela, Monica Krauter melakukan penelitian tentang gas air mata kedaluwarsa yang dapat menjadi bahan kimia beracun jika digunakan.

Sebagian besar tabung gas air mata kedaluwarsa kira-kira lima tahun setelah tanggal pembuatannya, dikutip dari Portland Mercury.

Gas air mata adalah gas yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan kulit, seperti yang disebutkan oleh CDC.

Biasanya, gas air mata digunakan untuk membubarkan massa saat terjadi kerusuhan.

Gas air mata dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma.

Baca juga: Polri Klaim Gas Air Mata Kedalawarsa Tak Mematikan, Kenapa Wajah Jenazah Tragedi Kanjuruhan Biru ?

Gas Air Mata Kedaluwarsa Bisa jadi Racun

Gas air mata dapat memberikan efek melumpuhkan pada sistem pernapasan.

Gas ini juga dapat memicu serangan asma atau bronkitis akut dan berpotensi mematikan pada orang yang rentan, terutama di lingkungan subtropis yang panas dan lembab, dikutip dari Asia Nikkei.

Efek biologis itu dapat diintensifkan dalam kondisi penyebaran tertentu.

Selain itu, efek gas air mata juga dipengaruhi oleh karakteristik produk khusus produsen serta penggunaan setelah tanggal kedaluwarsa resmi agen.

Profesor Venezuela, Monica Krauter telah menemukan gas air mata yang kadaluwarsa dapat terurai menjadi bahan kimia yang lebih beracun.

Bahan kimia uraian gas air mata termasuk sianida oksida dan fosgen.

Kedua zat uraian tersebut berpotensi menyebabkan kerusakan jantung, otak, saraf, atau paru-paru tergantung pada paparannya.

Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.  (KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini