Bagaimana Stiff Person Syndrome didiagnosis?
Mendiagnosis Stiff Person Syndrome membutuhkan kombinasi alat, kata Dr. Nowak.
Karena sangat jarang, Stiff Person Syndrome biasanya didiagnosis dengan terlebih dahulu mengesampingkan kondisi lain yang lebih umum.
Penyedia layanan kesehatan kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis, melakukan pemeriksaan darah, mengevaluasi kekakuan otot, melakukan MRI dan tes pencitraan lainnya, serta memberikan keran tulang belakang.
Penting untuk diingat bahwa meskipun ada gejala umum yang dapat dikaitkan dengan Stiff Person Syndrome, kondisinya sangat jarang, kata Dr. Nowak.
“Setiap pegal-pegal belum tentu Stiff Person Syndrome,” katanya.
Bagaimana Stiff Person Syndrome diobati?
Tidak ada obat untuk Stiff Person Syndrome, jadi dokter berfokus pada penanganan gejala dan nyerinya.
Perawatan untuk kondisi ini seringkali merupakan tambal sulam dari obat-obatan dan intervensi non-obat, kata Dr. Newsome.
Kekakuan dan kejang dapat diobati dengan pelemas otot dan suntikan Botox.
Gejala yang lebih parah diobati dengan imunoterapi dan imunosupresan, kata Dr. Newsome.
Mengurangi respons kekebalan tubuh juga dapat membantu meringankan gejala, kata Dr. Senda Ajroud-Driss, seorang profesor neurologi di Northwestern Feinberg School of Medicine.
Untuk perawatan non-farmakologis, pasien dapat menjalani terapi perilaku kognitif dan psikoterapi lainnya untuk membantu mereka mengurangi pemicu emosional yang memicu kejang otot, serta mengembangkan keterampilan untuk hidup dengan kondisi kronis.
Jenis perawatan lain, seperti terapi fisik, terapi aqua, terapi panas, dan akupunktur dapat memberikan kelegaan bagi beberapa pasien.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)