Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Baca juga: Pencegahan Stunting Perlu Dilakukan Ketika Masih Remaja
Lantas anak yang terlanjur alami stunting bisakah diperbaiki?
Terkait hal ini, dokter spesialis anak dr. Annisa Nur aini, Sp.A dari Brawijaya Hospital memberikan penjelasan.
Menurutnya, 80 persen perkembangan anak berada di usia 2 tahun pertama kehidupan.
"Jadi kalau stunting nya ke deteksi di bawah usia 2 tahun, kita masih punya waktu," ungkapnya saat ditemui di Jakarta, Senin (26/12/2022).
Hanya saja, semakin cepat diketahui, maka anak bisa mendapatkan penanganan yang lebih baik.
Baca juga: Dikemas Dalam Bentuk Games Menarik, Edukasi Cegah Stunting Sedari Dini Digelar Pengmas FIK UI
Sebagai contoh kasus, ada dia anak yang terdiagnosis stunting.
Namun, anak pertama sudah terdiagnosis di usia 9 bulan.
Sedangkan yang kedua, baru diketahu ketika telah berusia 18 bulan.
"Otomatis kesempatan si anak mengejar lebih besar dibandingkan dengan anak yang terdeteksi usia 9 bulan. Jadi bisa dikejar? Bisa apa lagi kalau terdiagnosis di bawah dua tahun," paparnya lagi.
Karenanya, pada usia 12 bulan pertama, hampir semua dokter meorangtua untuk membawa anak lakukan kontrol tiap bulan.
Baca juga: Tidak Hanya Ibu, Ayah Juga harus Terlibat dalam Program Edukasi Stunting
Pada kontrol tersebut, tidak hanya munisasi. Tapi skrining pertumbuhan dan perkembangan bayi pun akan dilakukan.
"Makanya makin cepat dideteksi, treatment lebih cepat, otomatis bisa dikejar. Anak tidak keburu stunting dan bisa menaikkan naik IQ lagi," tegasnya.
Sayangnya, setelah dua tahun tidak banyak yang kita lakukan.
Tapi, kata dr Annisa optimalisasi tetap dilakukan untuk generasi selanjutnya.
"Targetnya jangan sudah tidak berhasil meningkatkan status gizi atau stunting di dua tahun, jangan sampai jadi remaja putri yang kekurangan gizi," kata dr Annisa lagi.
Target yang dikejar setelahnya adalah memastikan remaja putri tetap sehat dan dikejar nutrisinya.