Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alergi obat jangan dipandang sepele. Karena kondisi tersebut bisa mengakibatkan kematian.
Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi dari PB IDI, Prof dr Zubairi Djoerban.
"Beberapa obat bisa buat seperti itu, misalnya penisilin injeksi khususnya. Itu yang tidak tahan bisa sesak napas tensi drop, tidak sadar, bahkan bisa meninggal," ungkap Prof Zubairi pada akun Instagram miliknya, Rabu (11/1/2023).
Kemudian ada pula alergi obat apda penderita AIDS yaitu nevirapine.
Prof Zubairi pun menyebutkan jika mereka yang mengalami alergi obat juga bisa mengalami sindroma Stevens Jhonson.
Sindrom ini merupakan gangguan kulit dan selaput lendir yang langka dan serius.
Kenapa itu bisa terjadi?
Baca juga: Bolehkan Seseorang yang Memiliki Alergi Obat dan Makanan Terima Vaksin Sinovac?
Menurut Prof Zubairi, sistim kekebalan tubuh seseorang bisa memberikan reaksi yang berbeda terhadap obat.
Obat bisa bereaksi bagus pada sebagian orang. Namun ada beberapa kasus, obat bisa memunculkan reaksi yang salah atau alergi.
Mulai dari alergi ringan sampai reaksi luar biasa berat.
"Seringkali mendengar bahwa obat antibitoik tertentu pada orang lain biasanya tidak masalah, tapi pada orang terentu menimbulkan alergi kegawatan," ungkapnya.
Misalnya pada orang yang terinfeksi bakteri dan diberikan penisilin.
Pada mereka yang mengalami alergi penisilin bukannya membaik, namun bisa malah memicu gejala gatal-gatal dan ruam hingga mengalami syok.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami alergi atau tidak, maka bisa dilakukan berbagai cara.
Pertama, bisa dengan melakukan skin test.
Pada orang dewasa, pemeriksaan akan dilakukan pada lengan bawah.
Sementara itu, uji tusuk kulit akan dilakukan di punggung atas pada anak-anak
Kedua, bisa dengan tes darah.
"Jadi tes itu kompeten yang mengerjakan adalah dokter penyakit dalam, dokter spesialis anak konsultan alergi," pungkas.