Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah mengatakan bahwa konsumsi junk food pada anak dapat memicu sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan sehingga memicu beragam penyakit.
"Dampak junk food tidak akut tapi (timbulkan) penyakit metabolik seperti kolestrol tinggi, diabetes, hipertensi. Biasanya nanti, kelainannya muncul setelah dewasa atau orangtua," ungkapnya ungkapnya pada konferensi pers virtual, Selasa (17/1/2023).
Bahkan, menurut dia, sindrom metabolik sudah banyak diderita oleh remaja.
Sudah ada anak yang ditemukan obesitas dan hipertensi pada usia remaja.
"Padahal biasanya itu terjadi pada orang sudah besar atau tua. Ini pada remaja. Diabetes melitus tipe 2 biasanya pada tua. Sekarang banyak anak-anak yang kena diabetes melitus tipe dua," papar dr Pimprin lagi.
Ia pun menegaskan pentingnya mengatur pola makan pada anak.
Apa lagi makanan yang tersedia saat ini di beberapa supermarket atau swalayan mengandung karbohidrat dan gula teramat tinggi.
Baca juga: Di Kala Stres, Junk Food Jadi Pelarian, Bagaimana Mencegahnya Agar Terhindar dari Dampak Buruk?
Kandungan seperti ini yang meningkatkan sindrom metabolik pada anak seperti kasus obesitas, diabetes, hipertensi, dan sebagainya.
Selain menyoroti pola maka, dr Pimprin pun menghimbau untuk rajin berolahraga dan kembali ke makanan real food.
"Kembali ke real food, makanan yang dimasak sendiri. Perbanyak sayuran, karbohidrat komplek dan rebusan," katanya lagi.
Mengonsumsi makanan real food pun kaya akan nutrisi, sehingga di satu sisi dapat mencegah terjadinya stunting.
"Jadi jangan sampai anak di satu sisi mengalami stunting, sedangkan di satu sisi obesitas dengan sindrom metabolik. Para orangtua harus menyajikan makanan terbaik untuk buah hati," pungkasnya.