News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Diffuse Axonal Injury, Pengertian hingga Kemungkinan untuk Sembuh

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Diffuse Axonal Injury. Apa itu diffuse axonal injury atau cedera otak aksonal difus? Simak pengertian dan juga efek sampingnya.

TRIBUNNEWS.COM - Ada banyak jenis cedera otak yang dapat terjadi.

Namun beberapa cedera terburuk adalah cedera yang memengaruhi banyak area di otak.

Misalnya, cedera otak terguncang akibat kecelakaan mobil dan dampak kekerasan lainnya memiliki risiko menjadi cedera otak aksonal difus atau diffuse axonal injury.

Berikut lima hal yang perlu diketahui tentang diffuse axonal injury, seperti dilansir spinalcord.com dan hopkinsmedicine.org

1. Apa itu diffuse axonal injury?

Diffuse axonal injury adalah robekan serabut saraf penghubung panjang otak (akson) yang terjadi saat otak cedera saat otak bergeser dan berputar di dalam tulang tengkorak.

Baca juga: Mengenal Lesi Otak, Penyebab, Gejala Umum Cedera Otak, dan Jenis-jenis Lesi Otak

Diffuse axonal injury biasanya menyebabkan koma dan cedera pada berbagai bagian otak.

Perubahan di otak seringkali mikroskopis dan mungkin tidak terlihat pada pemindaian computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI).

Cedera seperti itu selalu dianggap parah, karena memengaruhi beberapa bagian otak yang berbeda dan dapat mengancam jiwa.

2: Apa Gejala Cedera Otak Akson Difus?

Salah satu tantangan dalam menangani cedera otak aksonal adalah cedera ini dapat memiliki efek berbeda yang mencerminkan gejala jenis cedera otak lainnya.

Gejala spesifik dapat sangat bervariasi tergantung pada area otak mana yang terpengaruh, tingkat keparahan cedera, kesehatan keseluruhan orang yang cedera, perawatan yang mereka terima, dan banyak faktor lain yang bahkan tidak sepenuhnya dipahami oleh dokter spesialis.

Hal ini dapat mempersulit diagnosis cedera otak sebagai cedera otak aksonal difus atau untuk menentukan gejala tertentu.

Jadi, seorang dokter biasanya tidak akan mendiagnosis suatu kondisi sebagai cedera otak aksonal difus tanpa terlebih dahulu mendapatkan pencitraan saraf terperinci dari cedera tersebut untuk mengidentifikasi lesi otak.

Namun, bahkan pencitraan saraf tidak selalu mengungkapkan lesi otak pada percobaan pertama, sehingga mungkin diperlukan pemindaian pencitraan berulang untuk sepenuhnya mengidentifikasi jenis cedera otak tertentu ini.

Ilustrasi Diffuse Axonal Injury (outsourcestrategies.com)

Baca juga: Kondisi David Terbaru: Belum Sadar, Alami Pembengkakan Otak, Tangan dan Kaki Mulai Ada Pergerakan

3: Apa Penyebab Diffuse Axonal Injury?

Cedera otak aksonal difus biasanya disebabkan oleh pukulan keras di kepala atau kejadian lain yang mengguncang otak, seperti:

- Kecelakaan mobil

- Cedera olahraga (tekel sepak bola, benturan kepala dengan peralatan olahraga, dll.)

- Jatuh (terutama yang menyebabkan gerakan benturan kepala dengan cepat)

- Sindrom bayi terguncang—anak-anak sangat rentan karena otak mereka masih berkembang.

Pada dasarnya, setiap cedera kepala menyebabkan cedera otak yang memengaruhi lebih dari satu bagian otak.

4. Apa kemungkinan efek dari cedera otak?

Beberapa cedera otak bersifat ringan, dengan gejala yang hilang seiring waktu dengan perhatian yang tepat.

Cedera lainnya bisa lebih parah dan dapat mengakibatkan cacat permanen.

Hasil jangka panjang atau permanen dari cedera otak mungkin memerlukan rehabilitasi seumur hidup.

Contoh hasil scan Diffuse Axonal Injury (capcitylaw.com)

Baca juga: SMA Pangudi Luhur Kecam Penganiayaan terhadap David, Berharap Kasusnya Diproses Adil & Transparan

Efek cedera otak termasuk:

Defisit kognitif

- Koma

- Kebingungan

- Rentang perhatian yang singkat

- Masalah memori dan amnesia

- Defisit cara pemecahan masalah

- Masalah dengan penilaian

- Ketidakmampuan untuk memahami konsep abstrak

- Kehilangan rasa akan ruang dan waktu

- Penurunan kesadaran diri dan orang lain

- Ketidakmampuan untuk menerima lebih dari satu atau dua langkah perintah pada waktu yang sama

Defisit motorik

- Kelumpuhan atau kelemahan

- Spastisitas (pengencangan dan pemendekan otot)

- Keseimbangan yang buruk

- Daya tahan menurun

- Ketidakmampuan untuk merencanakan gerakan motorik

- Keterlambatan dalam memulai sesuatu

- Tremor

- Masalah menelan

- Koordinasi yang buruk

Defisit persepsi atau sensorik

- Perubahan pendengaran, penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan

- Kehilangan sensasi atau peningkatan sensasi bagian tubuh

- Pengabaian sisi kiri atau kanan

- Kesulitan memahami posisi anggota tubuh

- Masalah penglihatan, termasuk penglihatan ganda, kurangnya ketajaman visual, atau jangkauan penglihatan yang terbatas

Defisit komunikasi dan bahasa

- Kesulitan berbicara dan memahami ucapan (afasia)

- Kesulitan memilih kata yang tepat untuk diucapkan (afasia)

- Kesulitan membaca (aleksia) atau menulis (agrafia)

- Kesulitan mengetahui bagaimana melakukan tindakan tertentu yang sangat umum, seperti menyikat gigi (apraksia)

- Bicara lambat, ragu-ragu dan penurunan kosa kata

- Kesulitan membentuk kalimat yang masuk akal

- Masalah mengidentifikasi objek dan fungsinya

- Masalah dengan membaca, menulis, dan kemampuan bekerja dengan angka

Defisit fungsional

- Gangguan kemampuan dengan aktivitas hidup sehari-hari, seperti berpakaian, mandi, dan makan

- Masalah dengan pengaturan, belanja, atau pembayaran tagihan

- Ketidakmampuan untuk mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin

Kesulitan sosial

- Kapasitas sosial yang terganggu mengakibatkan hubungan interpersonal yang sulit

- Kesulitan dalam membuat dan mempertahankan teman

- Kesulitan memahami dan menanggapi nuansa interaksi sosial

Gangguan regulatory

- Kelelahan

- Perubahan pola tidur dan kebiasaan makan

- Pusing

- Sakit kepala

- Kehilangan kontrol usus dan kandung kemih

Perubahan kepribadian atau kejiwaan

- Apati

- Menurunnya motivasi

- Labilitas emosional

- Sifat lekas marah

- Kecemasan dan depresi

- Disinhibition, termasuk marah, penurunan toleransi frustrasi, dan perilaku seksual yang tidak pantas.

5. Bisakah penderita sembuh total?

Bagi beberapa orang, pemulihan dari cedera otak aksonal difus mungkin terjadi.

Tetapi tidak ada jaminan untuk cedera semacam itu.

Tingkat keparahan lesi otak, area otak mana yang terkena, perawatan, dan banyak faktor lainnya dapat memengaruhi apakah pasian dapat sembuh total atau tidak.

Banyak yang menderita cedera otak yang parah seperti ini mungkin harus berjuang dengan masalah otak dan sistem saraf selama sisa hidup mereka.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini