Laporan Wartawan Tribunnews.com, Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berkat kerja kerasnya melakukan penelitian untuk kesehatan massal, membuat Farmakolog Molekuler Prof. Raymond Tjandrawinata meraih peringkat papan atas dalam jajaran saintis.
The AD Scientific Index menobatkan Raymond Tjandrawinata sebagai jajaran ilmuwan peringkat atas di bidang farmasi serta bidang kedokteran dan kesehatan untuk wilayah Indonesia.
Pelopor pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) ini menempati posisi bergengsi di tingkat saintis ini karena kinerjanya di bidang ilmiah.
Gelar dan peringkat ini diberikan berdasarkan sistem pemeringkat dan analisis pada kinerja ilmiah hingga nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis.
The AD Scientific Index mengumumkan deretan saintis terbaik dunia dalam situsnya dan diperbarui setiap tahun. Institusi ini memberi penilaian terhadap lebih dari 1,2 juta saintis di 19.538 universitas pada 216 negara.
The AD Scientific Index menulis bahwa Prof. Raymond merupakan saintis terbaik pada jajaran top 2 persen dari seluruh saintis yang tercatat di Indonesia oleh institusi tersebut.
Prof. Raymond meraih peringkat 2 untuk bidang farmasi sekaligus peringkat 9 pada bidang kedokteran dan kesehatan di Indonesia.
Baca juga: Ekspor Obat-obatan, Raksasa Farmasi India Cari Mitra Strategis dari Indonesia
Ini berarti hasil karya ilmiah Prof. Raymond banyak dijadikan rujukan para peneliti di bidang kefarmasian, kedokteran, dan kesehatan di Indonesia.
Sedangkan di tingkat Asia, Prof. Raymond menduduki peringkat top 11% untuk bidang kefarmasian dan bidang kedokteran dan kesehatan dari 398.548 saintis bidang-bidang tersebut.
Prof. Raymond selama ini banyak melakukan penelitian hingga uji klinik obat baik di dalam negeri maupun di berbagai belahan dunia.
Produk-produk hasil riset Prof. Raymond pun tak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga ke mancanegara.
Selain mengembangkan OMAI bersama Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) sejak 2005 silam, Prof. Raymond Tjandrawinata juga banyak meneliti obat berbahan kimia.
Penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara.
“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para sahabat yang telah membantu sehingga saya mencapai ranking sebagai top saintis di Indonesia, dengan peringkat nomor 2 di bidang farmasi dan nomor 9 di bidang kedokteran dan kesehatan,” ungkap Prof. Raymond.
Prof Raymon yang juga menjabat sebagai Director of Research and Business Development Dexa Group, ini Jaya tersebut, telah menjelajahi dunia sains hingga ke negeri Paman Sam.
Pada 1991 silam, Guru besar dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma diajak seorang astronot wanita dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Dr. Millie Hughes-Fulford untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1).
Proyek tersebut diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam untuk penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.
Prof. Raymond mengembangkan karir dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu hingga tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas Kalifornia, San Francisco.
Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era ’80-an, karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika Serikat baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.
Akhirnya pada awal 2000-an, Prof. Raymond terpanggil untuk kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica.
Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, (Alm.) Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia. Kemudian di tahun 2005,
Prof. Raymond dan para saintis di DLBS mengembangkan OMAI hingga saat ini. OMAI merupakan produk farmasi kebanggaan Indonesia karena memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 80% dan telah diekspor ke 10 negara di 3 benua.
Profesor Kehormatan Unika Atma Jaya
Prof. Raymond Tjandrawinata menerima anugerah gelar Profesor Kehormatan bidang Bioteknologi Farmasi dari Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta.
Gelar ini diberikan untuk pertama kalinya oleh Unika Atma Jaya karena beliau telah terbukti memiliki teroboson dan sumbangsih akademis bagi perkembangan ilmu bioteknologi farmasi.
Penganugerahan gelar kehormatan ini diselenggarakan di Unika Atma Jaya Kampus 3 BSD, Banten pada Selasa, 15 November 2022 lalu.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerja Sama Unika Atma Jaya, Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto mengatakan, gelar Adjunct Professor ini diberikan pertama kalinya sepanjang Unika Atma Jaya berdiri 62 tahun yang lalu. Gelar kehormatan ini diberikan atas kontribusi Prof. Raymond baik di industri maupun sebagai akademisi.
Prof. Raymond meraih gelar sarjana dalam bidang Fisiologi Molekuler dari University of the Pacific, Stockton, California. Gelar Master dan Doktor Bidang Biokimia dan Biologi Molekuler, diperoleh dari University of California, Riverside dan Program Post Doctoral Bidang Farmakologi Molekuler, diperoleh dari University of California San Francisco.
Ia memperoleh gelar master bidang bisnis strategi di Edward S Ageno School of Business Golden Gate University, San Francisco. Semasa karirnya, Prof. Raymond berkontribusi pada beberapa instansi, seperti NASA Kennedy Space Center Florida, dan Glaxo SmithKline di California.