News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Mengenal Virus Covid Subvarian Arcturus yang Terdeteksi Menyebar di 22 Negara

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WHO telah menetapkan subvarian virus corona baru (Covid-19) XBB.1.16 sebagai 'varian yang sedang dipantau' namun sejauh ini belum membunyikan alarm.

Punya gejala baru

Dikutip dari Sputnik News, Rabu (19/4/2023), selain gejala klasik Covid-19 yang mirip flu, seperti batuk, demam, menggigil dan kehilangan indera perasa (anosmia), dokter telah mengidentifikasi beberapa gejala baru yang unik pada subvarian Arcturus.

Baca juga: Kementerian Kesehatan: 7 Kasus Covid-19 Acturus di Indonesia Sudah Sembuh

Menurut Dokter Anak dan mantan Kepala Komite Imunisasi Akademi Pediatri India, Vipin Vashishtha, wabah besar di India telah menunjukkan kepada dokter bahwa Arcturus biasanya membawa serta konjungtivitis 'gatal' atau mata merah yang tidak terlihat pada kasus Covid-19 lainnya.

Arcturus disalahkan atas wabah besar yang sedang berlangsung di India, di mana para pejabat telah melacak setidaknya 50.000 kasus baru per hari dalam beberapa pekan terakhir.

Namun subvarian tersebut telah terdeteksi di 22 negara, dengan sejumlah kecil kasus ditemukan di Inggris dan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.

Baca juga: Tingkat Fatalitas Tinggi Kemenkes Waspadai Masuknya Virus Marburg ke Indonesia

Pelacak varian di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan sejumlah kecil kasus terdeteksi pada belasan negara bagian AS, namun tidak ada yang meningkat dengan sangat cepat.

Sementara di Inggris, sejauh ini hanya 50 kasus yang terlihat.

"Kami telah melihat ini di masa lalu, anda melihat virusnya dan ada mutasi yang seharusnya membuatnya lebih ganas, tetapi kenyataannya anda tidak melihatnya. Tidak ada bukti bahwa ini lebih parah dan mungkin agak kurang parah dari varian sebelumnya, namun terlalu dini untuk memastikannya dan itu hampir pasti karena kekebalan," kata Profesor Kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter.

Baca juga: Status Pandemi Belum Dicabut, Tips Pemudik Lindungi Diri dan Keluarga dari Infeksi Virus

Menurutnya, ini mungkin akan menjadi subvarian dominan untuk sementara waktu di AS dan Eropa dan sebagian besar negara di dunia.

"Namun saya tidak melihatnya mendorong infeksi parah lebih dari yang kita lihat dalam gelombang baru-baru ini," tegas Hunter.

Hunter menambahkan, ada bukti bahwa infeksi Covid-19 di masa lalu, serta vaksinasi SARS-CoV-2 multivalen, sama-sama berpengaruh pada kekebalan, meski variannya masih bisa beredar di tahun-tahun mendatang.

WHO telah menetapkan subvarian virus corona baru (Covid-19) XBB.1.16 atau Acturus sebagai 'varian yang sedang dipantau' namun sejauh ini belum membunyikan alarm. (Pixabay)

Kementerian Kesehatan India seperti dikutip The Independet, melaporkan kasus Covid-19 aktif per 12 April ada sebanyak 40.215. Angka ini naik 3.122 hanya dalam satu hari.

Sementara, di Indonesia, pada Kamis (13/4/2023), Kementerian Kesehatan RI sudah menyatakan bahwa varian Covid-19 Arcturus sudah masuk ke negara kita.

Pernyataan otoritas kesehatan ini mengacu pada hasil penelusuran genome squencing per akhir Maret 2023.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini