Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Sebuah solusi baru yang dikenal sebagai 'E-MOTIVE' dapat memberikan terobosan besar dalam mengurangi kematian akibat perdarahan terkait persalinan.
Ini menurut sebuah penelitian penting yang diterbitkan oleh para peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Universitas Birmingham pada awal Mei ini.
Dikutip dari laman WHO, Rabu (10/5/2023), Perdarahan postpartum (PPH) didefinisikan sebagai kehilangan lebih dari 500 mL darah dalam waktu 24 jam setelah kelahiran.
Kondisi ini merupakan penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia.
Ini mempengaruhi sekitar 14 juta wanita setiap tahun dan mengakibatkan sekitar 70.000 kematian.
Sebagian besar dialami wanita di negara berpenghasilan rendah dan menengah, setara dengan 1 kematian setiap 6 menit.
Baca juga: Miris, PBB Sebut Kemajuan Global Atasi Kematian Ibu dan Bayi Terhenti Sejak 2015
"Perdarahan pascapersalinan itu menakutkan, tidak selalu dapat diprediksi, namun benar-benar dapat diobati. Kendati demikian, dampaknya di seluruh dunia sangat tragis," kata Direktur Kesehatan dan Penelitian Seksual serta Reproduksi di WHO sekaligus Kepala Program Khusus Penelitian, Pengembangan, dan Pelatihan Penelitian Reproduksi Manusia (HRP) PBB, Dr Pascale Allotey.
Menurutnya, tidak ada wanita yang harus takut nyawanya terancam saat melahirkan.
"Solusi efektif untuk mengatasi perdarahan pascapersalinan perlu tersedia dan dapat diakses, sehingga semua wanita dapat mengalami persalinan yang aman dan masa depan yang sehat bersama keluarga mereka," jelas Dr Allotey.
Studi yang melibatkan lebih dari 200.000 wanita di empat negara itu menemukan bahwa mengukur kehilangan darah secara objektif menggunakan alat pengumpul darah sederhana dan murah yang disebut 'tirai' dan menyatukan perawatan yang direkomendasikan WHO daripada menawarkannya secara berurutan, menghasilkan hasil yang dramatis.
Perlu diketahui, pendarahan hebat terjadi saat seorang wanita kehilangan lebih dari satu liter darah setelah melahirkan, berkurang hingga 60 persen, dan mereka cenderung kehilangan nyawa.
Ada juga penurunan substansial dalam tingkat transfusi darah untuk perdarahan yang sangat penting di negara berpenghasilan rendah, di mana darah merupakan sumber daya yang langka dan mahal.
Saat ini, tantangan utama dalam menanggapi PPH adalah seringkali terdeteksi terlambat untuk merespons secara efektif.