News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sebanyak 35 Ribu Bayi Lahir Tertular Hepatitis B dari Ibu, Sosialisasi Pencegahan Ditingkatkan

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KADIN Indonesia Bidang Kesehatan melalui Ketua Komite Tetap Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hilda Kusumadewi dan tim dokter menggelar sosialisasi di lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan kasus hepatitis

Laporan Wartawan Tribunnews, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Kementerian Kesehatan menunjukan sebanyak 35.757 bayi lahir dengan hepatitis B di Indonesia pada tahun 2022. 

Penularan kasus didominasi oleh penularan langsung dari ibu ke anak. 

Hal ini mendorong Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bidang Kesehatan melalui Ketua Komite Tetap Pengendalian dan Pencegahan Penyakit,  Hilda Kusumadewi dan tim dokter  menggelar sosialisasi di lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan kasus hepatitis.

Hilda mengatakan, gejala awal hepatitis seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dapat disertai demam ringan. 

Jika muncul gejala awal segera bawa pasien ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. 

"Jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti mata dan kulit kuning, apabila muncul penurunan kesadaran segera ke fasilitas kesehatan yang memiliki ICU," ujar Hilda, di Jakarta, Jumat (26/5/2023). 

Secara umum, penularan hepatitis B, C, dan D terjadi secara vertikal langsung dari ibu ke anak, dari cairan tubuh (air ludah, cairan sperma) dan aktivitas seksual tidak aman, menggunakan tindik atau tato, maupun penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba. 

Baca juga: 18 Juta Masyarakat Indonesia Terinfeksi Hepatitis B, Kemenkes Imbau Hindari Perilaku Seks Berisiko 

Di tempat yang sama, dr. Michael Spica Rampangilei mengatakan, penularan Hepatitis B dari secara vertikal ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95 persen dari seluruh sumber penularan lainnya. 

Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan untuk menjadi kronis dan sirosis hingga 80 persen, dan sayangnya belum ada pengobatan yang efektif, sehingga penting untuk memutus alur penularan. 

"Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta belum ada pengobatan yang efektif,'' jelas dr. Michael. 

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, sebanyak 7,1 persen atau 18 juta masyarakat Indonesia terinfeksi hepatitis B. 

Dari jumlah tersebut 50 persen di antaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati.

Bahkan hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini