Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Celah langit mulut atau dikenal sebagai bibir sumbing (Cleft Palate) merupakan kelainan kraniofasial bawaan terbanyak yang ditemukan di Indonesia, dengan rasio 1 banding 700 kelahiran.
Penanganan terhadap kondisi ini tidak hanya sebatas pada pembedahan (operasi) saja, namun juga memerlukan sederet upaya lainnya.
Mulai dari terapi non-bedah seperti penanganan gizi dan tumbuh-kembang, psikologis, pemeriksaan fungsi menelan, pendengaran, terapi wicara, pemasangan Naso Alveolar Molding (NAM) dan ortodonti yang ditangani secara multidisiplin oleh berbagai dokter spesialis.
Untuk memperingati Cleft Awareness Month, Cleft Craniofacial Center (CCC) RSCM-FKUI secara rutin mengadakan acara pada bulan Juli setiap tahunnya.
Tujuannya untuk meningkatkan awareness (kewaspadaan) dan pengetahuan tentang penanganan sumbing bagi masyarakat awam maupun tenaga kesehatan (nakes).
CCC RSCM-FKUI merupakan pusat sumbing terpadu yang melakukan penatalaksanaan pasien secara komprehensif, melalui penerapan konsep tim multidisiplin yang tergabung dalam satu center terdiri dari dokter bedah plastik, dokter THT-KL, dokter rehabilitasi medik (KFR), dokter gigi ortodonti, dokter anak dan dokter psikiatri.
Baca juga: Kerap Ditolak Rumah Sakit, Anak Penderita Bibir Sumbing Dapat Bantuan Operasi Gratis
Tahun ini, CCC RSCM-FKUI berkolaborasi dengan Let's Share Indonesia dan Pigeon menggelar Seminar Awam dan Pemeriksaan Sumbing Gratis di Gedung RSCM Kiara, Jakarta Pusat, Sabtu, 22 Juli lalu.
Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi pasien dari berbagai wilayah di Indonesia agar dapat menjalani pengobatan serta berkonsultasi langsung dengan ahlinya.
Pasien dan keluarganya dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai langkah-langkah terapi yang diperlukan.
Sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dari segi anatomis, fungsi dan sosial, sejalan dengan motto Cleft Awareness Month 2023 yakni #SumbingPunyaCerita.
dr Rininta Christabella, Founder Lets Share Indonesia sekaligus Pimpinan Yayasan Berbagi Kasih Indonesia mengatakan bahwa pihaknya mengambil peran untuk menjadi pengubung antara pasien dengan pihak rumah sakit.
"Peran Lets Share menjembatani pasien yang memiliki anak cacat bawaan seperti bibir sumbing yang dari daerah atau luar pulau untuk dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang lebih tinggi seperti RSCM," jelas dr Rininta, dalam keterangannya.
Oleh karena itu, pihaknya membantu dengan memberikan fasilitas berupa transportasi hingga rumah singgah bagi pasien dan keluarganya.