Laporan wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memberikan strategi jitu dalam menurunkan stunting, yaitu dengan mencegah bayi lahir stunting di Kabupaten Nias Barat.
“Saya ada beberapa hitung-hitungan untuk Nias Barat. Tempat pak Bupati itu, yang hamil dan melahirkan rata-rata setahun hanya 1800 orang. Tetapi ingat, dari 1800 itu yang menjadi stunting sekitar 360 karena jumlah stunting 20 persen,” kata Hasto dalam keterangan tertulis, Kamis (25/1/2024).
Kabupaten Nias Barat yang berdiri pada 26 November 2008 saat ini terdiri dari delapan kecamatan dan 105 desa. Nias Barat dengan luas wilayah mencapai 473,73 km² mempunyai jumlah penduduk 97.633 jiwa (BPS) di pertengahan tahun 2023.
Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, Hasto menyampaikan beberapa tips dan trik cepat dałam menurunkan stunting.
“Strategi paling jitu adalah mencegah lahirnya stunting baru, dan itu tidak sulit karena yang hamil hanya 1800 orang per tahun. Sehingga kalau sebulan yang lahir kira-kira 150 orang per hari yang melahirkan hanya tiga orang," kata Hasto.
"Dari tiga bayi lahir, mungkin ada satu yang panjang badannya kurang dari 48 cm," tambah Hasto yang melihat intervensi bisa segera dilakukan kepada orang tua dan bayi bersangkutan.
Baca juga: Jangan Paksa Anak Habiskan MPASI, Ketahui Dampak Negatifnya
Agar intervensi bisa secepatnya dilakukan, kata Hasto setengah berseloroh, Kepala Dinas Kesehatan dan kepala daerah diminta jangan dulu pulang kantor sebelum mendengar tiga orang melahirkan.
“Inilah spirit untuk mencegah lahirnya stunting baru,“ ujar Hasto.
Hasto mengatakan dari 1800 orang yang melahirkan di Nias Barat setiap tahun, yang menikah tidak lebih dari 900 pasangan.
Berdasarkan data Elsimil, dari rata-rata 900 orang tersebut, pada tahun 2023 hanya 81 orang yang mengisi aplikasi Elsimil. Dari 81 orang, 15 orang di antaranya terpantau dalam kondisi terlalu kurus.
"Jadi, jumlahnya sekitar 18,5 persen. Dan jangan-jangan dari 900 pasangan yang menikah itu kalau kita data semua, yang lingkar lengannya kurang dari 23,5 jumlahnya 18,5 persen,” jelas Hasto.
Baca juga: Tingkat ASI Ekslusif Meningkat, Tapi Stunting Masih Tinggi di Beberapa Wilayah, Ini Akar Masalahnya
Bagi mereka yang mengalami kondisi tersebut, Hasto meminta semua yang menikah dan jika belum memenuhi syarat untuk hamil agar tidak menikah dahulu.
"Jangan hamil dulu. Boleh nikah, tapi jangan hamil dulu," kata Hasto.
Sesuai data yang dimiliki Pemkab Nias Barat, sehari rata-rata hanya tiga pasangan yang menikah, dan mereka mendapat pendampingan dari Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Hasto menambahkan bahwa di Nias Barat, BKKBN mempunyai 315 orang yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga.
“Jika dihitung rata-rata 1800 orang yang hamil tiap tahun, berarti dari 315 orang TPK ini dalam setahun per orang (TPK) hanya mengurusi sekitar enam ibu hamil,” jelas Hasto.
Kepala BKKBN juga membahas tentang faktor lain penyebab stunting. Salah satunya sanitasi, seperti air bersih dan jamban. Hasto menyampaikan dari data Verval KRS, air bersih di beberapa kecamatan di Nias Barat tidak layak minum seperti di Kecamatan Moro’o, Kecamatan Mandrehe Utara, dan kecamatan Ulu Moro’o.
Jamban dan rumah tidak layak huni juga banyak terdapat di tiga kecamatan tersebut. Hasto berharap Pemkab Nias Barat mengusulkan program ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk segera dilakukan perbaikan di tiga kecamatan tersebut.
“Biasanya sering diare karena air tidak bersih. Begitu berat badan naik, pasti turun lagi karena diare.Faktor air bersih penting sekali," lanjut Hasto.
Baca juga: Jokowi: Jadi Pemerintah Maju Dimarahi, Mundur Dimarahi
Faktor lain yang mempengaruhi stunting adalah 4 Terlalu. Yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat dan Terlalu Banyak anak. “Potret di Nias Barat, yang jumlah anaknya banyak masih lebih banyak," terang Hasto.
Dalam audiensi tersebut, Bupati Nias Barat juga menyampaikan beberapa capaian program dalam upaya menurunkan stunting di Nias Barat yang prevalensinya 29,4 (SSGI 2022).
Upaya tersebut berupa Sosialisasi Kegiatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), kegiatan Minilok di delapan kecamatan, kegiatan Audit Kasus Stunting di seluruh sasaran 105 desa, kegiatan Koordinasi Lintas Sektor yang diikuti Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.
Selain itu, pengadaan BKB KIT Stunting 20 unit, operasional pelaksanaan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di 37 desa, operasional TPK berupa pulsa untuk 315 orang, operasional Pendamping Sasaran Penurunan Stunting di 105 desa di Kabupaten Nias Barat.
Kepala BKKBN mengapresiasi berbagai upaya Bupati Nias Barat karena sudah menyerap anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) dengan baik. “Kita tetap kerja keras menuju target stunting 14 persen di 2024,“ pesan Hasto. (Willy Widianto)