Sebetulnya mereka frustasi tidak tahu lagi melakukan apa," kata Nirmala.
Baca juga: Angka Bunuh Diri Tinggi, Psikolog Nilai Perlu Akses Layanan Kesehatan Mental untuk Masyarakat
"Yang membuat frustasi beragam. Misalnya tumbuh di lingkungan tidak sehat, dia merasa tidak mencintai dia. Setiap dia minta tolong, atau memohon sama orang kesannya direndahkan," jelas Nirmala.
Kenapa Bunuh Diri Bisa Terjadi?
Kasus bunuh diri yang muncul silih berganti menyebabkan munculnya banyak pertanyaan kenapa ini bisa terjadi.
Ada yang mengaitkan dengan masalah sosial hingga ekonomi. Seperti melambungnya harga pangan, sulitnya berinteraksi dan bertahan hidup, hingga permasalahan utang.
Namun, kasus bunuh diri tidak bisa dilihat dari satu aspek saja.
Walau memang, aspek sosial juga punya pengaruh untuk mendorong seseorang mengakhiri hidupnya.
Tapi, ada aspek lain yang juga penting untuk dilihat. Dan jika aspek ini bergabung, maka bisa memicu korban melakukan aksi nekat.
Pertama, aspek personal. Menurutnya, upaya mengakhiri hidup sendiri bukanlah keputusan yang mudah.
"Jadi, untuk bunuh diri bukan hal yang mudah ya. Sehingga orang memutuskan untuk melakukan hal itu biasanya masalah sudah berlapis. Tidak hanya satu lapis," ungkapnya saat diwawancari Tribunnews, Minggu (10/4/2024).
Bisa saja orang tersebut telah menghadapi situasi berat hingga berkali-kali. Keadaan ini tentu turut memengaruhi kondisi psikisnya.
Kondisi psikis ini juga berisiko memunculkan bibit atau bahkan sudah mengalami gangguan kesehatan mental itu sendiri.
Sumber dari bibit atau masalah kesehatan mental ini munculnya pun beragam.
"Misalnya kita berasal dari keluarga yang memang punya keluarga skizofrenia atau depresi. Apakah akan bunuh diri? Tentu belum ya, tetapi kita punya bibitnya. Kasarnya kaya begitu," paparnya.
Baca juga: Update Kasus Sekeluarga Tewas Lompat dari Apartemen, Jenazah Disemayamkan di Grand Heaven Pluit
Faktor personal menurut Nirmala jauh lebih besar dibandingkan dari faktor sosial.