Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peneliti dari Institute of Primary Health Care di Universitas Bern Reto Auer melakukan kajian ilmiah yang melibatkan berbagai interdisipliner, seperti bidang kedokteran keluarga, paru, toksikologi, kecanduan, dan epidemiologi dari lima universitas di Swiss.
Tujuan dari riset ini untuk mengetahui seberapa efektif tembakau alternatif apabila digunakan dalam jangku waktu lama.
“Studi ini untuk membandingkan efektivitas, keamanan, dan toksikologi produk tembakau alternatif sebagai solusi berhenti merokok dibandingkan dengan metode lainnya,” kata Auer seperti dikutip dari website Universitas Bern, Selasa (12/3/2024).
Penelitian ini berlangsung selama enam bulan dengan melibatkan 1.246 peserta yang diperiksa secara klinis di lima universitas di Swiss.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 622 peserta masuk dalam kelompok intervensi yang memanfaatkan produk tembakau alternatif.
Sementara 624 peserta lainnya berada di kelompok kontrol dengan menggunakan obat berhenti merokok dan terapi pengganti nikotin untuk berhenti merokok.
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan produk tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok (abstinence) sebesar 21 persen.
Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53 persen.
Adapun tingkat keberhasilan berhenti merokok di kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif sekitar 32 persen.
Dengan demikian, produk tembakau alternatif lebih efektif membuat perokok berhenti merokok dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin.
“Penelitian kami menegaskan temuan sebelumnya bahwa produk tembakau alternatif efektif untuk berhenti merokok. Penelitian ini juga menunjukkan manfaat yang mereka dapatkan dalam konteks konseling berhenti merokok secara intensif seperti yang kami lakukan di Swiss,” ujar Auer.
Selain keefektifannya untuk beralih merokok, pemanfaatan produk tembakau alternatif ternyata juga berdampak positif dalam mengurangi dampak kesehatan akibat merokok.
Pelaporan masalah kesehatan, seperti batuk dan produksi dahak, lebih rendah pada kelompok intervensi yang menggunakan produk tembakau alternatif yakni sebesar 41 persen, dibandingkan dengan kelompok kontrol sekitar 34 persen.
Dokter ahli paru sekaligus kepala pusat studi di St. Gallen Prof Martin Brutsche menambahkan batuk dan produksi dahak adalah gejala khas dari paru-paru perokok.
Dengan adanya pengurangan kedua gejala tersebut berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif, maka perokok dewasa yang beralih sepenuhnya dan berhenti merokok dapat mengurangi risiko penyakit terkait rokok dalam jangka panjang.
“Sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan merokok disebabkan oleh zat beracun dan karsinogenik dalam TAR, bukan oleh nikiton,” lanjut Brutsche.
Beberapa waktu lalu, Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB), Prof. Rahmana Emran Kartasasmita! menjelaskan produk tembakau alternatif, khususnya produk tembabakau yang dipanaskan, memiliki zat berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents) yang lebih rendah daripada rokok.
Hal ini dibuktikan melalui kajian literatur ilmiah berjudul Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur pada 2022.
Oleh karena itu, pemanfaatan produk tembakau alternatif merupakan solusi bagi perokok dewasa yang merasa kesulitan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
“Faktanya, berhenti merokok total sulit dilakukan perokok dewasa. Untuk itu, mereka disarankan beralih ke produk tembakau yang dipanaskan karena lebih rendah tingkat risiko kesehatannya. Namun perlu ditegaskan, produk tersebut bukan untuk non-perokok yang mulai mengonsumsi produk tembakau,” terangnya.