Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Dampak psikologis di era middle income trap kian nyata.
Disaat masyarakat kelas menengah mulai menikmati perekonomian yang meningkat, disisi lain kaum milenial mengalami keterpurukan secara mental.
Boss is suck, lembur bagai kuda, budak korporat kerapkali jadi istilah nyinyir di dunia kerja.
Bahkan burnout atau kondisi stres kronis di mana pekerja merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional gara-gara pekerjaannya juga sering diungkapkan secara terang-terangan para pekerja di media sosial mereka.
Psikolog Ratih Ibrahim menyatakan era middle income trap membuat generasi millenial diliputi rasa takut dan kecemasan sangat tinggi tentang kehidupan.
Baca juga: Masyarakat Makin Berat Keluar dari Middle Income Trap Setelah Tahun 2020
Hal ini disebabkan guncangan ekonomi saat pandemi Covid-19 lalu.
Dimana banyak bisnis yang berhenti, karyawan mengalami lay off dan berimbas pada jumlah penggangguran yang naik drastis.
"Jadi diusia produktif yang non produktifnya banyak sekali. Ini terjadi secara global bukan cuma di Indonesia," terang Ratih saat dihubungi Tribunnews com, Rabu (13/3/2024).
Secara psikologis, saat ini banyak orang yang mengalami kondisi sangat marah atau furious dan sangat cemas atau anxious, lantaran tidak punya penghasilan.
Dari survei yang dilakukan lembaga miliknya Personel Growth, bahwa anak-anak muda kini atau Gen Z pun tak luput dari perasaan cemas tentang masa depan.
Banyak anak muda yang sering mengalami burn out, putus asa, depresi, menyakiti diri sendiri, hingga memutuskan mengakhiri hidup.
"Salah satu faktornya karena ekonomi. Milenial sangat merasa cari kerjaan itu susah. Gen Z mengalami kondisi yang kompetitif sekali di dunia kerja," ungkap Ratih.
Disisi lain, generasi muda dipenuhi pandangan dan idealisme tentang pekerjaan yang diinginkan.
Ada ekpestasi, cita-cita yang ideal, namun realitanya tidak sesuai.
"Yang diungkap selama ini faktor luarnya saja misalkan emang dasar bosnya tidak cakap. Padahal mungkin anak mudanya yang tidak siap melakukan pekerjaan multitasking hingga frustasi," tutur dia.