News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Covid-19 Sebetulnya Masih Ada, Dua Hal Ini Bikin Pademi Tidak Meledak Lagi

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seminar Presidential Lecture Series yang digelar Fakultas Kedokteran, President University, belum lama ini. Seminar yang diselenggarakan dalam format talkshow dan dipandu oleh Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Budi Setiabudiawan dan menghadirkan Prof. (HC UA) Carina Citra Dewi Joe di Theatre Room 1 dan 2, President University Convention Center, Jl. H. Usmar Ismail, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi.

Di antaranya, penyakit degeneratif atau penyakit-penyakit kronis lainnya. Misalnya, penyakit diabetes, Alzheimer, Parkinson, gagal jantung, stroke, dan beberapa lainnya.

Teknologi kesehatan lain yang terus dikaji penerapannya adalah kloning. “Pada hewan, teknologi ini sudah berhasil diterapkan. Hanya kalau mau diterapkan untuk manusia, masalah etiknya harus diselesaikan terlebih dahulu,” papar Carina.

Isu lain yang dibahas Prof. Budi dan Carina adalah penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam bidang kedokteran. Saat ini di dunia industri, penerapan AI dan berbagai teknologi digital lainnya dalam bisnis sudah begitu lazim. Bagaimana dengan dunia kedokteran?

Saat ini di dunia kedokteran sudah ada program berbasis AI yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur protein. Dalam dunia kedokteran, mengetahui struktur protein menjadi sangat penting.

“Dengan mengetahui strukturnya, para dokter dan peneliti dapat mempelajari dan memgembangkan berbagai jenis obat dengan berbasis informasi dari struktur protein tersebut,” kata Carina.

Dahulu, untuk memahami tentang struktur protein, para peneliti kesehatan membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Lanjut Carina, “Sekarang dengan adanya pemograman yang berbasis AI, prosesnya menjadi lebih cepat. Saat ini dalam waktu setahun para peneliti sudah dapat memprediksi 330.000 struktur protein. Dari situ para peneliti bisa mengembangkan berbagai jenis obat.”

Carina menjelaskan lebih jauh lewat contohnya melalui penyakit Alzheimer. Di dalam tubuh manusia, ungkap dia, sejatinya ada protein yang bisa memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

Jika protein ini berinteraksi dengan jenis protein lainnya yang ada di dalam tubuh manusia, gejala-gejala penyakit Alzheimer pun akan muncul. Untunglah saat ini para peneliti kesehatan sudah berhasil mengidentifikasi jenis protein tersebut, sehingga mampu mengembangkan obat yang bisa mencegah protein itu berinteraksi dengan protein lainnya. “Dengan adanya obat tersebut, penyakit Alzheimer menjadi tidak muncul,” papar Carina. 

Inovasi dan Value

Selain isu teknologi, Prof. Budi dan Carina juga membahas tantangan di dunia kedokteran dan kesehatan dalam melakukan inovasi. Isu ini, menurut keduanya, sangat penting bagi mereka yang ingin meniti karier dalam bidang kesehatan. Baik sebagai dokter maupun peneliti.

Di dunia industri, umumnya fasilitas untuk melakukan riset beserta dengan dananya tersedia. Namun, sesuai dengan karakternya sebagai entitas bisnis, di dunia industri segala sesuatunya sudah sangat terstruktur.

“Jadi, problemnya adalah kebebasan. Di dunia industri, kita tidak sepenuhnya bebas dalam melakukan inovasi,” ungkap Carina.

Sebaliknya di dunia akademis, termasuk perguruan tinggi, justru ada kebebasan dalam berinovasi.

“Hanya di dunia akademis, sumber dana dan fasilitas risenya sangat terbatas,” katanya.

Merujuk pengalaman Carina, Prof. Budi menyimpulkan bahwa untuk saat ini dan di masa depan, peran teknologi dalam bidang kesehatan menjadi semakin penting.

Maka, penting bagi karier lulusan Fakultas Kedokteran untuk memahami teknologi dan penerapannya dalam dunia kesehatan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini