TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus bunuh diri belakangan marak terjadi di Indonesia. Faktor kesehatan mental pun menjadi sorotan karena kerap kali dianggap sepele.
Psikolog Klinis Dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi menyebut salah satu penyebab aksi bunuh diri marak karena banyak orang yang sedang curhat atau mengeluarkan unek-unek justru dikritik.
Sehingga membuat orang yang seharusnya bisa mengeluarkan beban mentalnya menjadi tidak nyaman dan takut.
"Kita itu bisa jadi tempat curhatnya orang-orang ini. Cuma, yang memang kita perlu belajar untuk tidak judging, mengritik. Yang sering terjadi kita ya begitu. Orang jadi tidak mau cerita sama orang lain karena sudah takut, tidak nyaman," kata Nirmala kepada Tribun, Senin(15/4/2024).
Kata Nirmala, setiap orang tentu tidak nyaman jika menerima kritikan yang berlebihan. Takut dikritik dan dinilai negatif membuat orang jadi enggan untuk bercerita.
"Misalnya yang mengalami itu laki-laki. Kalau cerita disebut 'alah cemen banget, begitu saja masalah'. Akhirnya tidak jadi cerita. Atau seorang istri cerita, ya namanya suami, memang begitu, maklumi saja. Jadi tidak bisa cerita lagi," kata Nirmala.
Masyarakat juga perlu mengedukasi diri soal kesehatan mental dan kekerasan. Kebiasaan menyimpan hal tidak mengenakkan sebaiknya juga perlu dihilangkan.
"Di Indonesia cenderung ketika sesuatu tidak mengenakkan tidak mau bahas. Bicara kesehatan mental tidak mau. (Takut) dianggap gila, aneh kalau mengakui kita punya peduli orang-orang kesehatan mental," ujarnya.
Selain faktor-faktor di atas menurut Nirmala ada hal penting lain yang mesti dicarikan solusinya karena urgensi kasus kesehatan mental. Yakni penambahan tenaga profesional seperti psikolog, psikiater, atau orang-orang dilatih khusus.
Menurutnya perlu ada orang-orang yang dilatih khusus terkait kesehatan mental dan masalahnya. Termasuk yang berkaitan dengan bunuh diri. Ini dikarenakan Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas serta memiliki keberagaman.
"Jadi ada orang dilatih khusus untuk melatih persoalan ini, agak lebih banyak tentunya akan lebih baik. Sehingga masyarakat punya kesempatan untuk mengakses," kata Nirmala.
Sebelum mengakses layanan psikolog atau psikiater hal terpenting adalah adanya kesadaran dari setiap orang terkait kesehatan mental. Berapa pun banyaknya lembaga atau tenaga profesional terkait, jika masyarakat belum menyadari pentingnya kesehatan mental, maka upaya pencegahan bakal sulit.