Tahun ini kegiatan mengangkat tema “Equitable Access for Improving Diagnosis and Optimal Hemophilia Care and Other Bleeding Disorders in Indonesia”.
Ketua Panitia Kongres Nasional HMHI Dr. dr. Elmi Ridar, SpA(K) menjelaskan fokus pembahasan kongres tahun ini adalah mencapai akses yang setara guna meningkatkan diagnosis dan perawatan optimal bagi pasien hemofilia dan penyakit gangguan perdarahan lainnya.
"Di Riau saja, terdapat 142 pasien, yang tersebar di seluruh kabupaten/kota, di mana 50 persen-nya adalah hemofilia berat. Sayangnya, saat ini di Riau masih belum ada fasilitas pemeriksaan hemofilia inhibitor. Jadi untuk pemeriksaan inhibitor masih harus dikirim ke Jakarta," kata dr Elmi.
Dr. Elmi menambahkan, tatalaksana atau pengobatan hemofilia utama mencakup mencegah perdarahan melalui profilaksis untuk pasien hemofilia berat atau dengan indikasi tertentu dan mengatasi perdarahan akut.
Penanganan yang sesuai dan komprehensif akan menurunkan frekuensi perdarahan dan risiko komplikasi lainnya.
Seperti memberikan akses pengobatan hemofilia melalui JKN yang lebih banyak lagi.
Pihaknya berharap dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas tenaga kesehatan dalam diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi pasien hemofilia.
Head of Patient Value Access PT Takeda Indonesia Shinta Caroline, mengemukakan, pihaknya menyadari bahwa hemofilia memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan pasien dan masyarakat.
"Kami berkomitmen menyediakan pengobatan berkualitas tinggi bagi para pasien hemofilia di Indonesia dengan membuka akses seluas-luasnya terhadap obat-obatan inovatif kami. Salah satunya dengan mendukung terselenggaranya KONAS HMHI ke-7 ini," ujar Shinta.
Dalam KONAS HMHI ke-7 ini, turut dikukuhkan juga Dr. dr. Novie Amelia Chozie, SpA(K) sebagai Ketua HMHI periode 2024 – 2027.