"Kasus wabah yang masuk dalam kategori bencana non alam sesuai UU Nomor 24 tahun 2007 itu sebenarnya juga menjadi ancaman di wilayah lain di Tanah Air," sambung dia.
Sebagai negara tropis, kata dia, Indonesia menyumbangkan kasus malaria terbanyak kedua di Asia, setelah India.
Ia mengatakan Indonesia mencatat estimasi 811.636 kasus positif pada 2021, sebagaimana menurut data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes).
Indonesia, lanjut dia, merupakan salah satu dari sembilan negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2 persen dari beban negara malaria secara global.
Sementara itu, kata Abdul Muhari, Kemenkes menunjukkan pada 2023 sebanyak 389 kabupaten/kota telah melakukan eliminasi malaria sesuai target.
Sedangkan Pada 2030 mendatang, kata dia seluruh wilayah Indonesia ditargetkan telah bebas kasus malaria.
Sementara itu, tren pemeriksaan kasus malaria mengalami kenaikan pada 2023 dengan 3.464.862 pemeriksaan dibandingkan 3.358.447 pemeriksaan pada 2022.
Di sisi lain, lanjut dia, angka positif malaria sebenarnya mengalami penurunan pada 2023 dengan 418.546 kasus dibandingkan pada 2022 dengan 443.530.
Meski mengalami peningkatan pemeriksaan dan penurunan kasus positif, kata dia, target nasional Positivity Rate (PR) malaria <5% masih belum tercapai.
Capaian nasional pada 2023, kata dia, masih sebesar 12,08%.
"Melihat dari data tersebut, pemerintah terus mendorong kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dengan membersihkan lingkungan secara rutin, mengurangi populasi nyamuk dengan menebarkan ikan sebagai predator jentik nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk dengan tidur menggunakan kelambu atau obat anti nyamuk," kata Abdul Muhari.