Di sana, anak-anak tak hanya bermain, tetapi juga belajar agar mereka bisa berkembang sesuai dengan tahapan usianya serta siap menempuh pendidikan dasar.
Jika bagi anak-anak tempat ini adalah rumah, maka bagi orang tua, Rumah Anak SIGAP Sokawera adalah sekolah.
Mereka belajar kembali tentang pola pengasuhan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak, langsung dari narasumber serta fasilitator yang berkompeten.
Rumah Anak SIGAP Sokawera juga menjadi ruang bagi mereka untuk berbagi pengalaman tentang pengasuhan anak atau meluruskan informasi yang selama ini beredar di media sosial.
"Selama ini kami mendapat banyak informasi tentang pengasuhan salah satunya dari media sosial. Lewat kegiatan di Rumah Anak SIGAP Sokawera, kami tanyakan langsung, bener nggak sih tentang informasi parenting dari medsos."
"Misalnya lagi ramai tentang minuman-minuman dengan pemanis buatan, saya tanyakan di sini sehingga bisa dapat info yang lebih meyakinkan," ujar Daryati kepada Tribunnews.com.
Hal serupa juga disampaikan Efi Muslinah. Melalui sejumlah kegiatan di Rumah Anak SIGAP Sokawera, ia dapat lebih mengerti tentang bagaimana cara mengasuh anak yang benar.
"Banyak banget hal baru yang didapat di Rumah Anak SIGAP Sokawera. Yang awalnya nggak tahu ilmu-ilmu parenting zaman sekarang gimana, jadi lebih banyak tahu," kata dia.
Bahkan, lanjut Efi Muslinah, kegiatan di Rumah Anak SIGAP juga menjadi sarana me time-nya di tengah kesibukan mengurus keluarga di rumah.
"Rumah Anak SIGAP juga bisa jadi sarana buat me time ibu-ibu biar nggak di rumah terus. Bisa ketemu teman, sharing pengalaman atau pendapat, sambil momong juga tetap dapet ilmu," ucapnya.
Desa dengan Stunting Tertinggi
Jika menilik ke belakang, pendirian Rumah Anak SIGAP tak lepas dari banyaknya jumlah balita yang mengalami stunting di Desa Sokawera.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Menurut data per tahun 2023, ada 84 balita di Desa Sokawera yang dikategorikan stunting. Sementara jumlah balita di sana sebanyak 388 anak.
"Sebenarnya ada tiga desa di Banyumas yang saat itu diasesmen oleh pihak Tanoto Foundation. Yang dipilih adalah Sokawera karena kasus stuntingnya paling tinggi," kata Ani, koordinator Rumah Anak SIGAP Sokawera.