Selain itu ‘prank’ dilakukan seorang buruh di Jambi yang mengaku pengusaha tambang bernama M. Nuh, dan sudah diamankan oleh Polda Jambi.
“Memang luar biasa gorengan dan cobaan kita terhadap acara konser ini. Kepada keduanya, kami telah memohon kepada Polda Jambi dan Polda Kalteng untuk dilepas. Kenapa? Karena kami sendiri merasa tidak ada masalah. Tidak ada yang di rugikan,” tegas Bamsoet.
Atas terjadinya “prank”, Bamsoet juga memohon maaf kepada Presiden Joko Widodo.
“Jujur saya tidak enak hati dengan Presiden Jokowi, karena saya yang meminta beliau. Beliau tidak tahu apa-apa. Untuk itu saya sebagai penanggung jawab, atas nama panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Presiden Jokowi sekaligus ucapan terima kasih yang luar biasa atas keikhlasannya memberikan bantuan motor listrik yang ditandatangi sendiri oleh beliau,” ucap Bamsoet.
Menurut Bamsoet, peminat motor listrik Gesits milik presiden sangat banyak. Mereka ingin memiliki motor dengan tanda tangan presiden yang akan menjadi kenangan dan koleksi pribadi seumur hidupnya.
“Bahkan ada yang ngebit di atas Rp 2,55 miliar setelah mendengar M Nuh yang mengaku pengusaha asal Jambi itu mundur. Akhirnya, jatuhlah kepada Warren yang bersedia meningkatkan penawarannya sama dengan M Nuh,” ungkap Bamsoet.
Dia juga meluruskan isu di media sosial dan digoreng sedemikian rupa seolah-olah acara tersebut sebuah konser dengan panggung besar dan penonton ribuan dan dihadiri oleh presiden secara fisik. Beredar juga isu konser ini menelan biaya Rp.6,7 miliar.
“Padahal semua berlangsung virtual dari rumah masing-masing. Faktanya biaya konser tidak sampai Rp 500 juta karena semua bekerja tanpa pamrih. Itupun seluruh biaya yang timbul untuk produksi kita tutup dengan gotong royong para seniman dan pekerja seni serta pribadi-pribadi yang terlibat tanpa mengganggu dana donasi yang terkumpul,” katanya.
Bamsoet menambahkan apapun yang telah terjadi sebaiknya diambil hikmahnya saja. “Saya percaya Tuhan punya cara membantu umatnya yang memiliki niat baik, yang mau berbuat baik,” ujarnya.
Dia memberi contoh, tanpa M. Nuh yang nge-prank, tidak mungkin harga motor listrik presiden bisa mencapai Rp 2,5 miliar lebih. Tanpa gorengan, kecaman dan plesetan, sampai-sampai presiden yang tidak tahu apa-apa ditarik-tarik, tidak mungkin acara “Berbagi Kasih Bersama Bimbo” ini bisa mendapatkan rating yang tinggi.(*)