"Kalau ada komedonya, dipencet-pencet sama orang klinik. Sakit sampai mringis-mringis juga pas dipencet-pencet, tapi gimana lagi? ” ceritanya. Pulang dari klinik, ia disuruh membayar Rp 100 ribu. Itu adalah biaya konsultasi plus aneka produk perawatan dari klinik yang boleh dibawa pulang.
Waspadai kosmetik beracun! Investigasi Tribunnews.com membuktikan, sebagian dari kosmetik abal-abal yang beredar di pasaran bebas terbukti mengandung merkuri dan hidrokuinon.
Dengan model perawatan klinik, memang kulit wajahnya tampak putih bersih, tak jauh beda dari kulit putihnya penyanyi Dewi Sandra atau bintang film Dian Sastro yang wajahnya sering nongol di layar kaca, jadi model kosmetik itu.
Selama sekitar empat bulan, ia masih rajin mondar-mandir ke klinik kecantikan tersebut. Selama itu pula, 'kulit Dian Sastro’-nya masih bertahan. Tapi karena tak kuat membayar biaya perawatan yang menurutnya mahal, ia berhenti.
Seminggu setelah berhenti memakai produk pemutih dari klinik, kulit wajahnya kembali teriritasi. Pada permukaan kulit di atas tulang pipi (antara mata dan telinga) menghitam. Demikian juga kening. Ia merasakan wajahnya jadi amat sensitif terhadap sengatan matahari. Kalau terkena hempasan debu jalanan, langsung gatal-gatal.
Tentu, dia kecewa pada perawatan klinik yang menurutnya juga bikin ketergantungan. "Aku pikir kalau klinik itu bayarnya mahal, risikonya nggak ada. Eh, sama aja. Bikin ketergantungan juga,” gumamnya, mengeluh.
Kini, ia kembali melakukan perawatan wajah sendiri. Ibu satu anak ini bertutur, kalau beli merek abal-abal, ia bisa mendapatkan harga seperempat atau sepertiga dari harga kosmetik bermerek terkenal (branded). Yang bermerek, tentu lazimnya tertera daftar komposisi bahan yang dia pakai. Tertera pula sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau stiker aman pakai dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Produk Kosmetika Tertentu Sesumbar 'Bebas Merkuri' di Kemasannya, Ternyata Beracun!
Tribunnews.com pun penasaran. Apa sih produk-produk kosmetik pemutih yang dia pakai dan bikin iritasi wajah itu? Titik lantas memberi izin Tribun memeriksa satu persatu koleksi pemutih wajah yang dia miliki.
Salah satunya, sebuah produk pemutih wajah 'bikinan Korea’ (karena tertulis 'made in Korea') dengan inisial merek LG. Di dekat logo LG tertulis 'moist whitening.”
Tidak tertera stiker halal MUI atau sertifikat amat pakai dari Badan POM. Tidak pula tertera daftar komposisi bahan yang dipakai. Semua ditulis dalam bahasa dan tulisan berhuruf Tionghoa (China). Kecuali tulisan SPF 70+++.”
Titik juga memakai krim bengkuang dengan merek berinisial 'D.’ Warna kemasannya hijau. Ada juga bedak wajah pemutih dengan merek berinisial 'K.’ Kemasannya berbentuk bulat pipih putih, tertera keterangan 'made in Japan.’ Tak ada keterangan komposisi bahan, apalagi sertifikat aman pakai dari Badan POM.
Ada juga kosmetik berbentuk cairan pembersih wajah. Dalam kemasannya, ini produksi dari sebuah pabrik kosmetik di Davao City, Filipina. Ada logo halal’ dan komposisi bahan, tapi tak tertera sertifikat Badan POM. Mereknya berinisial 'B.’ Semua keterangannya berbahasa Inggris, tapi tulisannya amat kecil-kecil dan sulit dibaca.