Oleh karena itu, karakteristik batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yang pada dasarnya putih, warnanya coklat muda dan biru gelap.
Era Penyebaran Islam
Batoro Katong Raden yang merupakan keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam perkembangan Islam di Ponorogo, terdapat sebuah pesantren yang terletak di daerah Tegalsari yang dipimpin oleh Kyai Hasan Basri yang merupakan menantu raja Kraton Solo.
Batik kala itu masih terbatas di lingkungan istana sampai akhirnya dibawa keluar dari istana dan dikembangkan di Ponorogo.
Daerah batik tua yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman dari Kepatihan Wetan yang meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Banyudono dan Ngunut.
Baca: Kenakan Batik saat Bertemu Barack Obama, Sandiaga Uno Mengaku Bangga
Era Kolonial
Era ini menjadi sejarah terakhir batik Indonesia.
Dalam sastra Eropa, teknik batik pertama kali dijelaskan dalam buku Sejarah Jawa (London, 1817) yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles.
Dia merupakan gubernur di Jawa selama Napoleon menduduki Belanda.
Pada tahun 1873, Van Rijekevorsel, seorang pedagang Belanda, memberikan sepotong batik yang diperoleh selama kunjungan ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam.
Pada awal abad ke-19 batik mulai berkembang dan semakin dikenal.
Pada tahun 1900, batik dipamerkan di Exposition Universelle, Paris yang membuat publik dan seniman kagum.
Sejak industrialisasi dan globalisasi yang memperkenalkan teknik otomatisasi, jenis-jenis batik baru bermunculan -- mulai dikenal sebagai batik cap dan batik cetak.