نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa)
Artinya: saya niat puasa sunah asyura sunah karena Allah Ta’ala
- Makna Bulan Muharram
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus, Dr Hj Nur Mahmudah menjelaskan, Muharram secara bahasa dapat diartikan sebagai bulan yang diharamkan.
Orang Arab zaman dulu meyakini, bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan.
Bulan Muharram juga menjadi bagian dari empat bulan haram dalam kalender Hijriyah.
Empat bulan haram itu adalah Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Hakikatnya, pada bulan haram ini, diharamkan untuk melakukan perbuatan maksiat dan tidak disenangi oleh Allah SWT.
Pada bulan haram ini justru dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh dan beribadah kepada Allah.
Bulan haram ini juga tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan ibadah Haji, yang mana Dzulqa'idah merupakan bulan persiapan haji, Dzulhijjah pelaksanaan haji dan Muharram bulan selesainya haji dan kembali dalam perjalanan pulang dari berhaji.
Oleh karenanya untuk membuat rasa aman maka disepakati untuk tidak melakukan peperangan di bulan haram tersebut.
Baca juga: 10 Amalan Sunnah bagi Umat Muslim saat Bulan Muharram: Ziarah, Sedekah, hingga Membuat Celak Mata
Sementara di sisi lain, banyak peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada hari-hari di bulan Muharram.
Dalam beberapa kitab disebutkan pada bulan Muharram itu beberapa Nabi terhindar dari kesulitan-kesulitan.
"Misalnya Nabi Musa ketika dikejar bala tentara Fir'aun, itu beliau selamat di depannya ada laut dan bisa menyelematkan diri, itu pada bulan Muharram dan ada yang mengatakan itu terjadi pada 10 Muharram," kata Nur Mahmudah dalam program Oase Tribunnews.com.