News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Era Disrupsi Digital dan Covid-19, Tren Cashless Makin Diminati Masyarakat dan Pelancong

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pelancong dan tour guide Bali. Para pelancong kini lebih banyak yang memilih untuk menggunakan teknik pembayaran cashless alias tanpa uang tunai untuk memudahkan aktivitas dan transaksi mereka di segala destinasi wisata dunia.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak negara di dunia saat ini menjadi semakin mengenal dan terbiasa dengan tren tanpa uang tunai atau cashless dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini juga turut dirasakan para pelancong atau turis secara global.

Para pelancong kini lebih banyak yang memilih untuk menggunakan teknik pembayaran satu ini untuk memudahkan aktivitas dan transaksi mereka di segala destinasi wisata dunia.

Di era disrupsi digital dan pandemi virus corona (Covid-19) ini, anda hanya akan melihat makin sedikit orang yang membayar menggunakan uang tunai.

Baca juga: Bagi Kalangan Cashless Society, Uang Lebaran Bukan Lewat Salam Tempel tapi Via e-Wallet

Mereka kemungkinan lebih banyak menggunakan kartu kredit dan debit, serta bentuk pembayaran alternatif seperti PayPal, Venmo, WeChat bahkan e-money.

Melalui alternatif pembayaran yang lebih baru ini, kebutuhan akan mata uang fisik tampaknya semakin menurun popularitasnya.

Bahkan ada beberapa negara yang kini sedang bergerak menuju cashless society.

Lalu negara mana saja yang mulai menerapkan tren cashless ini?

Dikutip dari laman travelpro, Sabtu (6/5/2023), Swedia telah melaporkan bahwa 80 persen populasi mereka telah menggunakan semacam bentuk pembayaran non tunai dan mereka dapat sepenuhnya cashless pada 2023.

Sementara itu, Korea Selatan (Korsel) juga melaporkan bahwa 80 persen dari semua transaksi di negara itu merupakan cashless.

Lalu Australia meyakini bahwa mereka bisa mengubah kebiasaan transaksi menjadi cashless dalam waktu dua tahun.

Sedangkan di China, sektor e-commerce diperkirakan mencapai 11,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka pada 2022.

Baca juga: Kemenhub Akui Transaksi Cashless Jadi Solusi Atasi Kemacetan

Bagaimana dengan Amerika Serikat (AS), apakah sepenuhnya menerapkan sistem cashless?

Tentu saja, kita mungkin tidak akan melihat masyarakat menggunakan tren cashless ini di Amerika Serikat (AS).

Hal itu karena negara itu masih menerapkan Undang-undang (UU) yang mewajibkan pedagang untuk menerima uang tunai, tidak peduli seberapa besar keinginan mereka untuk bisa cashless.

Beberapa kota di AS seperti Philadelphia, San Francisco dan Washington DC serta negara bagian New Jersey telah mengambil langkah untuk melarang toko menggunakan sistem cashless.

Bus listrik Trans Metro Pasundan membawa penumpang melaju seusai Kick Off Angkutan Massal Bandung Raya Go Green di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/12/2022). Kick off Angkutan Massal Bandung Go Green ini ditandai dengan pengoperasian 8 unit bus listrik Koridor 4 Trans Metro Pasundan (TMP) Rute Leuwipanjang - Dago sebagai salah satu langkah untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Bandung akibat dominasi kendaraan pribadi dan mengubah gaya hidup masyarakat dalam melakukan mobilitas dengan berpindah ke transportasi publik. Bus bebas polusi rute Leuwipanjang - Dago ini beroperasi mulai pukul 05.00 hingga pukul 19.30 WIB dengan tarif Rp 4.900 per orang, khusus untuk penyandang disabilitas, lansia, dan anak sekolah gratis. Pembayaran dilakukan secara cashless atau non tunai melalui aplikasi QRIS. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Namun bukan berarti anda tidak dapat menggunakan pembayaran cashless atau tanpa kontak (contactless).

Hanya saja toko yang ingin melakukan transaksi tunai saja, tidak akan diizinkan untuk melakukannya.

Peralihan menuju cashless travel

Peralihan tren menjadi cashless travel tentu saja seharusnya tidak sulit, karena saat ini banyak orang yang mungkin telah menggunakan kartu kredit maupun debit.

Bukan merupakan ide yang bagus untuk membawa banyak uang tunai saat bepergian, karena kapanpun bisa saja anda mengalami kehilangan atau pencurian.

Setidaknya saat anda kehilangan kartu kredit, anda bisa mendapatkan penggantinya secara cepat dan terlindungi dari pencurian oleh jaringan kartu kredit maupun bank penerbit anda.

Dalam beberapa hal, anda bahkan dapat bepergian tanpa kartu kredit jika lupa membawa dompet.

Karena ada opsi pembayaran menggunakan Apple Pay dan Google Pay maupun jenis pembayaran digital lainnya.

Anda juga bisa membeli kartu kredit prabayar yang berfungsi seperti kartu debit namun diterima sebagai kartu kredit dan tetap memiliki perlindungan yang sama.

Manfaatnya adalah jika kartu anda dicuri, maka anda hanya akan kehilangan sedikit uang tunai.

Lalu apa saja keuntungan menggunakan sistem cashless?

Uang tunai telah menjadi tulang punggung bisnis lokal pada tiap negara selama beberapa dekade, namun tren dalam masyarakat saat ini telah mengalami perubahan.

Di Inggris, banyak orang yang kini beralih ke pembayaran kartu dengan kecepatan tinggi, dengan pembayaran tunai hanya mencapai 28 persen dari semua pembelian di negara itu pada 2018.

Para ahli meyakini bahwa pembayaran menggunakan sistem tunai ini hanya akan mencapai 9 persen pada 2028.

Dengan satu dari 10 orang dewasa Inggris telah menjalani kehidupan yang menggunakan sistem cashless pada sebagian besar warganya, dan Inggris Raya secara keseluruhan menempati peringkat ketiga sebagai negara cashless di dunia, apakah ini waktunya bagi sektor bisnis untuk mengganti sistem pembayaran tunai sepenuhnya?

Ini adalah konsep yang cukup memecah belah, namun beberapa ahli meyakini bahwa ini adalah cara yang tepat karena ada banyak fasilitas yang ditawarkan.

Berikut sederet keuntungan menggunakan sistem cashless saat traveling.

1. Lebih cepat

Sistem cashless lebih memudahkan transaksi dibandingkan transaksi tunai tradisional.

Menurut Visa, pembayaran tunai membutuhkan waktu antara enam hingga tujuh detik untuk diproses dibandingkan dengan hanya satu atau dua detik untuk pembayaran cashless.

Transaksi yang lebih cepat akan membuat pengguna menjadi lebih senang.

Untuk mereka yang sibuk dan sering menemukan diri mereka dalam antrean yang panjang, terutama pada jam-jam sibuk, memilih untuk menggunakan cashless akan mempercepat proses check out secara signifikan, mengurangi waktu antrean, dan meningkatkan kemungkinan konsumen yang sedang terburu-buru melakukan pembelian.

2. Lebih nyaman

Penelitian telah menunjukkan bahwa kenyamanan adalah salah satu faktor penentu utama dalam keputusan pembelian.

Melalui sistem pembayaran cashless dan menggunakan mobile app, maka membelanjakan uang kini terasa lebih nyaman dari sebelumnya bagi masyarakat, khususnya para pelancong.

Banyak destinasi wisata dunia termasuk Indonesia kini mulai menggunakan sistem cashless ini, satu di antaranya Bali.

Terdapat beberapa pilihan pembayaran cashless yang digunakan, mulai dari kartu kredit, debit, hingga penggunaan platform digital untuk memudahkan layanan transaksi pembayaran.

Startup fintech yang bergerak di bidang money converter digital, BaliCash memperkenalkan sistem cashless untuk pelancong mancanegara dan Warga Negara Asing (WNA) yang berbelanja di Pulau Dewata itu.

Lalu apa itu money converter digital?

Layanan money converter digital ini memudahkan pelancong mancanegara untuk mengkonversi berbagai mata uang ke rupiah, memudahkan pengguna dalam bertransaksi tanpa harus menukarkan uang secara fisik.

Karena berbasis e-money, platform ini bekerja sama dengan beberapa bank di Indonesia untuk memudahkan pelancong dalam bertransaksi yang efisien dan aman dengan menggunakan Quick Response Indonesia Standard (QRIS).

Sehingga pelancong mancanegara dapat bertransaksi harian secara mudah di berbagai merchant di Bali, maupun seluruh Indonesia.

Platform ini merupakan bagian dari strategi Bali One Gate, tujuannya adalah untuk mendukung kedaulatan pariwisata di Bali dengan mengintegrasikan teknologi digital yang memudahkan aktivitas pelancong mancanegara dan meningkatkan perekonomian setempat.

Sehingga pelancong mancanegara tidak perlu lagi mengkhawatirkan proses penukaran uang yang rumit dan biaya tambahan dan tiap transaksi dapat dipantau secara real-time.

Jika anda memutuskan melakukan traveling menggunakan sistem pembayaran cashless, tentu anda tidak perlu mencari mesin ATM untuk menarik uang tunai atau pergi ke cabang bank terdekat dan menunggu dalam antrean.

3. Lebih aman

Transaksi non tunai lebih aman karena mengurangi risiko perampokan.

Salah satu cafe di AS, misalnya, memilih untuk tidak menggunakan uang tunai sama sekali pada 2017 setelah mengalami lima kali perampokan dalam waktu empat bulan.

Selain itu, pencurian bisa saja dilakukan oleh karyawan sendiri.

Penelitian menunjukkan bahwa pencurian yang dilakukan oleh karyawan merugikan bisnis Inggris sebesar 190 juta poundsterling per tahun.

Cashless juga mengurangi risiko terhadap penipuan, karena keamanan di balik pembayaran cashless terus diperbaharui dan diperketat.

Jika kita masih menggunakan sistem pembayaran tunai, maka selalu ada risiko mendapatkan uang palsu.

Pada paruh pertama 2019 misalnya, 228.000 uang kertas palsu senilai 5 juta poundsterling ditemukan dari peredaran.

4. Dapat menghasilkan lebih banyak pengeluaran

Saat konsumen menggunakan sistem cashless, mereka dapat berulang kali membelanjakan lebih banyak jika dibandingkan hanya membawa uang tunai.

Hal itu karena memiliki jumlah uang tunai yang terbatas di dompet tentu akan membatasi pembelian anda dibandingkan dengan fleksibilitas yang ditawarkan sistem cashless.

5. Menghemat waktu

Dengan menggunakan sistem cashless, anda akan menghemat cukup banyak waktu yang dapat digunakan untuk aktivitas lain, daripada harus lama mengantre untuk membayar menggunakan uang tunai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini