Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, KIB masih terbuka untuk partai lain untuk bergabung.
Hal ini menyusul pertemuan dia dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Menanggapi hal itu, pengamat Politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat mengatakan, peluang seperti yang dikatakan Airlangga dalam dunia politik adalah hal yang lumrah.
"Sekarang kan semua pintu masih terbuka. Masih penjajakan. Yang terlihat kan PDIP bisa sendiri, KIB, Gerindra-PKB, lalu PKS-Nasdem-Demokrat. Dari sana terbuka pintu yang lain," kata Cecep, saat dihubungi, Jumat (23/9/2022).
Namun kata dia, pada akhir tahun ini sejumlah parpol akan melangsungkan rakernas. Kemungkinan besar, ada nama-nama capres dan cawapres yang terungkap dari situ.
"Perkiraan saya, sampai Juli hingga akhir Agustus 2023, siapa yang akan declare pertama, lalu yang lain untuk mengajukan siapa lawannya. Jadi sekarang wait and see," ujar Cecep.
Adapun Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri menjadwalkan, pendaftaran Capres Cawapres pada bulan September 2023.
Proses Penentuan Capres-Cawapres Jadi Ujian Bagi KIB
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, proses penentuan capres dan cawapres menjadi ujian bagi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Menurut Pangi, pemilihan kandidat akan banyak membutuhkan penyesuaian pada kepentingan politik dari partai anggota koalisi. Hal itu akan sangat berpengaruh pada kerekatan koalisi.
"Daya rekat lem koalisi ini sebetulnya ada pada kandidasi. Inilah soal yang akan diuji. Apakah koalisi KIB mengalami patah di tengah jalan Apakah KIB akan bertahan sampai akhir? Ini daya rekat lem koalisi ini sangat berbasis kepada preferensi kandidasinya," kata Pangi kepada wartawan, Kamis (22/9/2022).
Baca juga: Puan Maharani Disebut Tak Keberatan Adanya Dewan Kolonel Dukung Dirinya di Pilpres 2024
Meski demikian, Syarwi menegaskan KIB bisa juga mempererat daya rekat koalisi dengan menguatkan platform programatik. Tentunya selain faktor kandidasi.
"Maka saya melihat kalau daya rekatnya adalah pada basis kandidasi tapi sebetulnya mereka bisa bangun daya rekat tidak hanya dengan kandidasi tetapi preferensi programatik, tautan platform kinerja, kemudian persamaan kepentingan yang mereka bisa cari, yang saling menguntungkan ketiga partai koalisi tersebut untuk bagaimana menyajikan misi mereka," ujarnya.
Syarwi mengungkapkan tujuan KIB adalah bagaimana menyiapkan kandidat terbaik untuk disajikan pada publik.
Hal itu penting untuk menghindari pilpres diikuti dua pasangan calon dan mencegah polarisasi politik identitas dan dan keterbelahan publik.
"Jadi ini misi yang luar biasa KIB, tinggal bagaimana mereka menyusun nama kandidasi yang layak jual dan punya kans untuk menang," katanya.