Semasa penugasannya di militer sebagai perwira, AHY juga menempuh pendidikan tinggi formal.
AHY memiliki tiga gelar pendidikan Master: Master of Science in Strategic Studies di Nanyang Technological University, Singapura pada tahun 2006, Master in Public Administration dari Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 2010, serta Master of Arts in Leadership and Management dari Webster University Amerika Serikat, meraih predikat Summa Cum Laude pada tahun 2015 dengan IPK 4.0.
Pengabdian & Penugasan Militer
AHY menorehkan berbagai kesuksesan dalam pengabdiannya di TNI.
Mengikuti jejak kakeknya Sarwo Edhie Wibowo dan ayahnya SBY, AHY mengemban berbagai penugasan dan misi penting, dimulai dari Komandan Pleton Perwira seksi Operasi hingga Komandan Kompi di satuan elit Batalyon Infanteri Lintas Udara 305 Kostrad.
Setelah lulus dari AKMIL, AHY mengikuti Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan Kursus Combat Intel pada tahun 2001.
Ia kemudian bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Pada tahun 2002, AHY yang merupakan perwira Brigif Linud 17 Kostrad, menjadi Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak yang ditugaskan dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh yang penuh resiko.
Di Aceh, AHY terpilih sebagai Komandan Tim Khusus (Dan Timsus).
Tuntas memimpin pasukan khusus dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, pada November 2006, AHY mengemban tugas sebagai perwira seksi operasi kontingen Garuda XXIII-A dalam menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan Israel dan Libanon Selatan, ketika Israel dan Hizbullah terlibat dalam perang selama 34 hari.
Kontingen ini merupakan kontingen pertama Indonesia yang dikirim untuk misi perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL).
Semasa penugasannya, AHY menginisiasi program mobil pintar sebagai salah satu sarana mengurangi dampak trauma perang untuk anak-anak.
Atas inisiatif ini, AHY dianugerahi Army Service Distinction Medal dari pimpinan Angkatan Bersenjata Libanon.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman lapangan, AHY mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (Danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama, AHY mengikuti kursus Scuba Divers TNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008.
AHY memperoleh penghargaan sebagai Komandan Kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, 2008 pada Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata.
Di tahun yang sama, AHY dimintai kontribusinya oleh Prof. Dr. Juwono Sudarsono selaku Menteri Pertahanan, untuk bergabung dalam tim pendirian Universitas Pertahanan Indonesia.
AHY kemudian melanjutkan pendidikan militernya di US Army Maneuver Captain Career Course di Fort Benning, Amerika Serikat pada tahun 2011 dan menjadi lulusan terbaik.
Ia juga meraih Medali dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, The Order of Saint Maurice dari Pimpinan Infanteri Nasional AS.
Kembali ke Indonesia, ia berdinas sebagai Kepala Seksi Operasi (Kasiops) di Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad.
Pada tahun 2013, atas prestasi dan pemikiran-pemikirannya, AHY ditugaskan menjadi Dosen Pasca Sarjana, dalam program Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia.
Tahun 2015, AHY kembali mengenyam pendidikan di AS, dan kemudian meraih predikat Summa Cum Laude dari US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas.
Sampai awal 2016, AHY ditugaskan sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kamuning, salah satu pasukan elit pengaman Ibu Kota Negara.
Sebagai Danyonif 203 AHY sukses memimpin latihan bersama pasukan Australia di Darwin pada tahun 2016.
Karier
Pada 10 Agustus 2017, AHY mendirikan The Yudhoyono Institute, lembaga think tank (pemikiran) yang berpijak pada tiga pilar: Liberty, Prosperity, Security.
Sebagai Direktur Eksekutif, AHY mencetuskan berbagai program untuk menyambut dan mempersiapkan generasi emas Indonesia, yang targetnya tercapai pada 100 tahun Indonesia Merdeka, tahun 2024.
Melalui TYI, AHY aktif dalam berbagai kegiatan seperti: Roundtable Discussion untuk membahas berbagai tantangan dan isu yang dihadapi bangsa Indonesia dan dunia bersama para ahli dan negarawan; Dialog Rakyat yang dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat di berbagai wilayah dan berbagai kalangan; serta kuliah umum di kampus-kampus dan institusi pendidikan di seluruh nusantara, mulai dari Banda Aceh, hingga Jayapura.
Ia konsisten untuk terus berbagi inspirasi, ilmu serta pengalaman dengan akademisi, mahasiswa dan para pemuda.
Bersamaan dengan The Yudhoyono Institute, AHY juga membentuk AHY Foundation yang fokus terhadap isu sosial dan kemanusiaan khususnya kesehatan, pendidikan dan lingkungan serta respon tanggap bencana.
AHY Foundation aktif dalam memberikan bantuan untuk korban bencana seperti di Palu, Lombok, Gunung Agung Bali, banjir Pacitan dan Gunung Kidul, Yogyakarta.
Selain itu, ia melalui AHY Foundation juga menginisiasi program donor darah dan program penanaman pohon dan terumbu karang di berbagai wilayah di Indonesia.
Awal Karier Politik
AHY memulai karier politiknya sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017.
Ia diusung oleh koalisi 4 partai politik yakni Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN serta berpasangan dengan Sylviana Murni.
Pasangan Agus-Sylvi menantang pasangan Cagub petahana Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi).
Agus-Sylvi mendapatkan nomor urut 1, Ahok-Djarot mendapatkan nomor urut 2, dan Anies-Sandi mendapatkan nomor urut 3.
Sebagai pendatang baru, AHY menjadi sorotan media mulai dari isu terkait kemampuannya dalam berpolitik, hingga gaya kampanye kekinian yang dibawanya.
Dengan menggunakan istilah bergerilya, ia mengunjungi masyarakat di sejumlah wilayah di Jakarta dengan setelan pakaian khas tacticool-nya.
Dengan kampanyenya yang menarik, elektabilitas AHY yang pada awalnya berada di posisi paling rendah, sempat meningkat tajam bahkan mengungguli dua kompetitornya, Ahok dan Anies.
Sebagai patriot muda yang memulai wilayah politik praktis, AHY berkomitmen untuk tidak mengeksploitasi politik identitas untuk mencapai kemenangannya.
Komitmennya yang tinggi terhadap praktik demokrasi yang berintegritas itu tetap dijunjung tinggi meski sebagai konsekuensinya pasangany AHY-Sylvi terhenti diputaran pertama, berkonsekuensi pada terhentinya kandidasi di putaran pertama.
Namanya semakin mencuat ketika ia menyampaikan pidato dan ucapan selamat kepada pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi usai pengumuman hasil KPUD DKI Jakarta.
AHY berjanji akan mendharmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.
Sikapnya yang ksatria menuai simpati publik pada saat itu.
Pilgub Jakarta 2017 makin mengobarkan semangat perjuangannya AHY di dunia perpolitikan.
Pada 17 Februari 2018, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengukuhkan AHY sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018 dan Pemilu 2019.
AHY dipercaya memimpin upaya pemenangan Partai Demokrat pada Pemilukada 2018 dan Pemilu Legislatif 2019.
Ia menjadi juru kampanye Partai Demokrat dan mengonsolidasikan kader-kader di daerah guna memenangkan calon yang diusung oleh Partai Demokrat pada Pemilukada 2018.
Partai Demokrat berhasil mencapai target awal 35 persen dari 171 pemilihan.
Pada Pemilu 2019, Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dilakukan secara serentak.
Pada Pilpres 2019, Partai Demokrat berkoalisi dengan partai politik pengusung pasangan Prabowo-Sandi.
Sedangkan pada Pileg 2019, Partai Demokrat menargetkan 15 persen dari jumlah keseluruhan kursi DPR RI.
AHY selaku Komandan Kogasma memimpin upaya pemenangan Partai Demokrat.
Pada Pileg 2019, Partai Demokrat dalam berbagai survei diprediksi hanya mampu meraih suara kurang dari 5 persen.
Namun, di bawah kepemimpinan AHY selaku Komandan Kogasma Pemenangan Pemilu Legislatif 2019, Partai Demokrat mampu meraih 10.876.507 suara (7,77 persen), melampaui prediksi berbagai survei.
Atas prestasinya, pada Oktober 2019 AHY ditunjuk sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.
(Tribunnews.com/Chrysnha)