Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah ikut menanggapi dinamika yang terjadi di antara Partai Demokrat dan Partai NasDem soal isu Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mendampingi Anies Baswedan.
Menurutnya, hiruk pikuk di antara kedua partai tersebut terjadi karena jadwal Pemilu yang masih lama, tapi capres cawapres potensial sudah mulai bermunculan.
Lewat akun Twitternya @Fahrihamzah, Fahri awalnya menyebut Demokrat dan NasDem tidak jelas.
"Kita akan mengalami hiruk-pikuk ribut antar calon karena jadwal pemilu baru mulai bulan September, sementara calonnya sudah gentayangan di mana-mana," ucap Fahri Hamzah, dikutip Jumat (18/11/2022).
Fahri mengatakan jadwal Pemilu sudah ideal ditentukan penyelenggara Pemilu.
Baca juga: Anies Baswedan Ungkap Obrolan dengan Gibran Saat Sarapan Bareng di Solo: Tidak Semua Ihwal Cawapres
"Tetapi kan tidak ada kegiatan ya kan. Harusnya difasilitasi perdebatan yang memungkinkan publik tahu orang-orang ini siapa saja mereka dan apa idenya memimpin Indonesia," kata dia.
Dia menilai bahwa perbedaan yang terjadi kini masih berdasarkan sentimen dan emosi, bukan pikiran.
"Harusnya kita akhiri perbedaan perasaan kita mulai perbedaan pikiran karena itu lebih sehat dan dewasa bagi demokrasi," kata dia.
Diketahui, Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali meminta Partai Demokrat agar kemarahannya tak dikaitkan kepada Anies Baswedan.
Baca juga: Demokrat Pastikan Pertemuan Anies Baswedan dan Gibran Rakabuming Tak Ganggu Koalisi Perubahan
Hal itu merespons kritikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief terhadapnya soal peluang Gibran Rakabuming Raka jadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan di 2024.
Ali mengingatkan Partai Demokrat agar tak membatasi mantan Gubernur DKI Jakarta itu dengan siapapun.
"Jadi gini, kemarahan teman-teman Demokrat jangan digeber kepada Anies," kata Ali saat dihubungi, Kamis (17/11/2022).
Baca juga: Survei Voxpol: Anies Baswedan Capres Paling Layak di 2024, Disusul Ganjar dan Prabowo
Ali menilai agak repot ketika ada orang yang tak disenangi Partai Demokrat lalu melarang Anies untuk berkomunikasi dengan mereka.
"Jadi ketika kemudian ada orang yang tidak senang dengan Demokrat, atau orang yang tidak disenangi Demokrat, terus Anies tidak boleh berteman dengan dia, kan repot juga kalau begitu," ucap Ali.
Lebih lanjut, Ali menegaskan pertahanan partainya mengusung Anies sebagai capres karena ingin melakukan perubahan.
"Jadi kita usung Anies karena kita mau melakukan perubahan. Melakukan perubahan bukan berarti kita memusuhi orang lain," ungkap dia.
Karenanya, ia menuturkan pihaknya mengusung Anies dengan ide dan gagasan, bukan mengajaknya membenci orang lain.
"Jadi hendaknya kemudian kita usung Anies itu dengan gagasannya. Jadi bukan ajak Anies untuk benci orang lain," imbuhnya.
Sebelumnya, Ali mengomentari peluang Anies diduetkan dengan Gibran seusai keduanya bertemu di Solo, Jawa Tengah.
Ali berkelakar Gibran juga memiliki kualifikasi apabila diduetkan dengan Anies pada pemilihan presiden (pilpres) 2024.
"Enggak (terkait politik) lah. Ya tapi kalau kemudian Gibran dipantaskan untuk jadi cawapres Anies, kenapa tidak? Dia menurut saya memenuhi kualifikasi itu. Bisa jadi," kata Ali saat dihubungi, Selasa (15/11/2022).
Ali menegaskan kehadiran Anies ke Solo adalah yakni mengikuti haul ke-111 Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi.
Terhadap pernyataan itu, Andi Arief mengingatkan Partai NasDem agar berkonsentrasi pada apa yang dibicarakan di 'Koalisi Perubahan'.
Andi lantas meminta Ali agar ketika Anies bertemu figur di luar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat lantas menawarkan jadi cawapres.
"Jangan setiap bertemu figur di luar PKS dan Demokrat, NasDem menawarkan sana-sini," kata Andi melalui akun Twitternya, Kamis (17/11/2022).
Andi mengingatkan partai besutan Surya Paloh itu agar konsentrasi pada apa yang dibicarakan di koalisi dan bulatkan tekad memilih jalur perubahan.
"Sebaiknya konsentrasi saja pada apa yang sudah dibicarakan di koalisi. Bulatkan saja tekad bahwa NasDem bergabung bersama PKS dan Demokrat memilih di jalur perubahan," ungkapnya.