Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBINNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno angkat bicara terkait pernyataan Ketua KPU Hasyim Asyari yang mengatakan, kemungkinan Pemilu 2024 nanti bakal diberlakukan sistem proporsional tertutup.
Adi mengatakan, pernyataan Ketua KPU itu akan mendapatkan protes dari masyarakat.
Ia menjelaskan, hal itu karena sistem proporsional tertutup akan mengembalikan sistem pemilihan legislatif (pileg) seperti zaman orde baru.
Bahkan, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu menyebut, sistem tersebut sama saja dengan memilih kucing di dalam karung.
"Saya kira pernyataan Ketua KPU ini akan mendapatkan resistensi dan protes dari rakyat. Karena sistem proporsional tertutup itu akan mengembalikan pada rezim pemilihan pileg dengan memilih kucing dalam karung," kata Adi, saat dihubungi, Kamis (29/12/2022).
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Sebut Ada Dugaan Intimidasi ke Petugas KPU Daerah
Lebih lanjut, Adi menjelaskan, melalui sistem proporsional tertutup, calon legislatif (caleg) yang terpilih menjadi anggota dewan bukanlah yang mendapatkan suara mayoritas dari dukungan rakyat.
"Tapi didasarkan pada nomor urut," sebutnya.
"Terutama (caleg) nomor urut 1 dan nomor urut 2. Maka nomor-nomor urut gede, 3 ke bawah. Nomor 3, nomor 4, nomor 5 sampai nomor 10 misalnya, sekalipun suara mereka mayoritas memenangkan hati rakyat. Tidak akan terpilih sebagai anggota dewan."
Hal tersebut terjadi, kata Adi, dikarenakan suara caleg nomor urut 3 ke bawah akan dilimpahkan ke caleg nomor urut 1.
"Lalu kemudian kalau ada sisaan dilimpahkan ke (caleg) nomor urut 2 yang ditetapkan sebagai caleg," kata Adi.
Selanjutnya, ia menegaskan, sistem Pemilu proporsional tertutup merupakan sebuah kemunduran.
"Ini kan sistem pemilihan pileg yang mundur. Membeli kucing dalam karung," tegasnya.
"Inilah yang saya kira menjadi problem bagi demokrasi secara langsung kita," sambung Adi.
Menurutnya, caleg yang terpilih sebagai anggota dewan adalah mereka yang mendapatkan suara banyak dari rakyat.
"Bukan hanya mereka yang nomor urut 1 atau pun nomor urut 2," jelas Adi.
Sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari mengatakan tidak menutup kemungkinan Pemilu 2024 nanti bakal diberlakukan sistem proporsional tertutup.
Hal tersebut Hasyim sampaikan dalam sambutannya di acara Catatan Akhir Tahun 2022 Komisi Pemilihan Umum di Kantor KPU RI, Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Sehingga ia mengimbau seluruh pihak untuk menahan diri tidak memanfaatkan alat peraga kampanye sebelum jadwalnya.
Baca juga: Ketua KPU Siap Hadapi Aduan Wanita Emas ke DKPP: Tidak Boleh Sakit Hati
"Ada kemungkinan, saya belum berani berspekulasi, ada kemungkinan kembali ke sistem proporsional daftar calon tertutup. Maka dengan begitu menjadi tidak relevan misalkan saya mau nyalon pasang gambar-gambar di pinggir jalan, jadi gak relevan," kata Hasyim.
Hasyim menjelaskan, proses proporsional tertutup tidak lagi menampilkan nama-nama dan foto calon legislatif.
"Karena namanya enggak muncul lagi di surat suara. Enggak coblos lagi nama-nama calon. Yang dicoblos hanya tanda gambar parpol sebagai peserta pemilu," jelas Hasyim.
"Sehingga di banyak diskusi sering kami sampaikan kami berharap kita semu menahan diri untuk tidak pasang-pasang gambar dulu. Siapa tahu sistemnya kembali tertutup," tambahnya.
Lebih lanjut Hasyim mengatakan, peluang sistem proporsional tertutup tersebut terbuka lebar seiring dengan berbagai gugatan yang dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK).
Ia menjelaskan sistem pemilu proporsional terbuka sudah dimulai sejak Pemilu 2009 dan dimulainya berdasarkan putusan MK bukan di UU.
"Sejak itu pula pemilu 2014 dan 2019 pembentuk norma UU tidak akan mengubah itu, karena kalau diubah tertutup kembali akan jadi sulit lagi ke MK. Dengan begitu, kira-kira polanya kalau yang membuka itu MK, ada kemungkinan yang menutup MK," kata Hasyim.