Sebab PAN bisa mengetahui secara pasti suasana hati Jokowi yang ingin mengajukan Ganjar sebagai penerusnya. Baik itu dari PDI Perjuangan (PDIP) atau dari parpol lainnya.
Sedangkan Erick memiliki variable penting jika disandingkan dengan Ganjar, relative tak mendapatkan resistensi. Sehingga layak untuk disandingkan dengan Ganjar di pilpres 2024.
“Dengan mengangkat Erick sebagai cawapres, PAN memiliki interes jika di tahun 2024 memiliki cawapres yang dapat diklaim sebagai bagian dari kepentingan dan kader PAN. Menurut saya PAN pandai dalam membaca suasana hati Jokowi dan situasi politik,” kata Adi.
Baca juga: Potensi Pasangan Ganjar dan Erick Thohir Diusung PDIP & KIB Dinilai Pengamat Besar, Ini Alasannya
Dengan mengusung Ganjar Erick parpol pengusung mengharapkan pasangan ini mampu menang di pilpres 2024.
Selain berpotensi menang, kata Adi, parpol juga berpotensi untuk mendapatkan efek ekor jas (coattail effect).
Menurut Adi, duet Ganjar -Erick juga memiliki daya ungkit yang besar bagi parpol yang akan mengusungnya.
Termasuk PDI Perjuangan dan PAN jika mereka jadi mengusung Ganjar Erick. Kekuatan PDI Perjuangan, menurut Adi relative stabil.
Di 2004 perolehan suara PDI Perjuangan mencapai 18 persen. Di 2009 suara PDI Perjuangan sempat turun ke 14 persen.
Padahal saat ini, menurut Adi, PDI Perjuangan mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres.
Baca juga: Pengamat Nilai Jokowi Lebih Merestui Ganjar Pranowo Diusung KIB Ketimbang PDIP di Pilpres 2024
Di 2014 ketika mengusung Jokowi, suara PDI Perjuangan naik 18 persen. Jika PDI Perjuangan dapat memilih capres yang memiliki daya ungkit elektoral yang juga kadernya, Adi memperkirakan suara pileg PDI Perjuangan di 2024 akan meningkat.
“Dampak elektoral tersebut yang saat ini dicari oleh parpol untuk memenangkan Pemilu. Saat PDI Perjuangan mengusung Jokowi berhasil mengangkat perolehan suara 4 persen lebih. Jika PDI Perjuangan nantinya memilih capres yang tak memiliki daya ungkit elektoral, maka suaranya akan turun," ucap Adi.
"Sangat mungkin suaranya hilang antara 3 persen hingga 5 persen. Ini berkaca pada penurunan suara PDI Perjuangan di 2009,” pungkas Adi.