TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik Bawono Kumoro memberikan komentarnya perihal sinyal Partai Golkar gabung ke dalam Koalisi Partai Gerindra-PKB.
Menurutnya tidak ada yang menghalangi Partai Golkar merapat.
Terlebih Partai Golkar dan Partai Gerindra memiliki kesamaan.
"Apalagi Partai Golkar dan Partai Gerindra berasal dari rahim sama. Sebagaimana diketahui, di masa lalu Ketua Umum dari Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan bagian dari keluarga besar Partai Golkar.
Jadi terdapat kesamaan gen politik," kata Bawono kepada Tribunnews.com, Selasa (16/5/2023).
Peneliti dari lembaga survei Indikator Politik Indonesia itu melanjutkan penjelasannya.
Baca juga: Airlangga Hartarto Masuk Kriteria Penerus Jokowi, Dinilai Cocok Disandingkan dengan Prabowo
Bawono menyebut, Partai Golkar juga menunjukkan kecenderungan sangat kuat untuk turut bergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya itu.
Hal tersebut terlihat dari beberapa waktu terakhir Partai Golkar intens menjalin komunikasi dengan Partai Gerindra-PKB.
"Sehingga besar kemungkinan akan melabuhkan dukungan politik di koalisi ini," ucap Bawono kembali menegaskan.
Bawono menilai, koalisi Partai Gerindra dan PKB bisa dibilang sudah satu langkah lebih maju ketimbang koalisi lain.
Gabungan kedua partai politik ini sudah memenuhi ambang batas presidential threshold 20 persen.
Sehingga wajar saja sejumlah partai memiliki ketertarikan bergabung dengan koalisi Partai Gerindra-PKB.
Ditambah lagi dengan prospek tingkat elektabilitas tentu harus menjadi bagian penting harus dipertimbangkan dalam menentukan langkah politik sebuah parpol, termasuk Partai Golkar.
Dengan berkaca menurut hasil survei Indikator sepanjang tahun lalu dan juga di tahun ini, Prabowo Subianto selalu masuk dalam tiga besar bakal calon presiden dengan elektabilitas dua digit tinggi selain juga Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
"Bahkan temuan survei nasional dari Indikator Politik Indonesia periode bulan April ini apabila dibandingkan dengan temuan survei nasional pada bln Maret lalu menunjukkan tingkat elektabilitas dari Ganjar Pranowo mengalami kemerosotan cukup tajam.
Kemudian elektabilitas Anies baswedan memiliki kecenderungan stagnan. Sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto terus mengalami tren peningkatan," papar Bawono.
Baca juga: Airlangga Didorong Jadi Cawapres Prabowo, Golkar: Duet Maut Dua Menteri Jokowi
Airlangga Hartarto Tim Pemenangan Prabowo
Bawono menjelaskan, jika nantinya Partai Golkar bergabung dengan Partai Gerindra-PKB, koalisi ini akan memiliki pekerjaan rumah untuk menentukan capres-cawapres.
Prospek tingkat elektabilitas tentu harus menjadi bagian penting harus dipertimbangkan dalam menentukan komposisi pasangan calon.
Airlangga Hartarto disebut bisa menjadi tim pemenang Prabowo di Pilpres 2024 mendatang.
Bawono menilai, Ketua Umum Partai Golkar itu hingga saat ini masih belum bisa bersaing dengan nama-nama cawapres lainnya.
Namun, duet Prabowo-Airlangga Hartarto bisa saja terjadi.
Mengingat dinamika penetapan pasangan calon masih berlangsung hingga nanti mendekati pendaftaran pasangan calon pada bulan Oktober 2023 mendatang.
Terlepas dari hal itu tentu saja sebagai bakal calon presiden Prabowo Subianto ingin didampingi oleh figur bakal calon wakil presiden mampu menutupi kekurangan dari elektoral Prabowo di provinsi atau daerah tertentu.
Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah merupakan dua provinsi di Jawa memiliki dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto di dua pemilu lalu.
Pada akhirnya, Bawono menegaskan, konsesi politik dalam berkoalisi tidak sebatas posisi capres atau cawapres.
"Tetapi bisa juga sebagai komandan tim pemenangan koalisi serta juga beberapa portofolio kementerian," tutupnya.
Baca juga: Golkar Tak Masukan Airlangga Hartarto Jadi Caleg, Ahmad Doli: Sudah Kami Tetapkan Sebagai Capres
Kata Partai Golkar
Ketua DPP Partai Golkar Nusron Wahid mengakui partainya telah mengajukan proposal agar Airlangga Hartarto bisa ditunjuk menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Proposal itu diajukan kepada Prabowo Subianto.
Nusron mengatakan proposal itu diharapkan dapat diterima partai politik yang tergabung dalam koalisi besar.
Sebab, opsi itu menjadi realistis untuk penggabungan koalisi antara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
"Salah satu proporsal adalah Prabowo Presiden dan Wakil Presidennya dari KIB yaitu Airlangga Hartarto. Tapi itu harus diterima, dan diterima oleh PKB dan PAN yang ikut bergabung disini," ujar Nusron saat ditemui di satu restoran kawasan Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Nusron menyatakan proposal tersebut masih dalam tahapan negosiasi.
Dia pun mengharapkan adanya titik temu terkait penentuan capres dan cawapres dari koalisi besar.
"Tapi disinilah kita bekerja supaya terjadi titik temu. Semangat kerjanya adalah niat untuk menang dan cara kerja untuk menang, dan kalau sudah ketemu semangat kerjanya, dan figur itu nomor sekian. Prosentase sudah 70 persen," katanya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan/Igman Ibrahim)