"Itu masa depan bersama kita," ucapnya.
Bendahara Nasdem, Ahmad Sahroni, juga menilai seorang presiden bisa mengantongi data dari intelijen adalah hal yang biasa dan bahkan sudah pasti.
Sahroni sendiri menilai pernyataan Jokowi memiliki maksud agar masyarakat tak salah memilih pemimpin untuk Indonesia ke depan.
"Bahwa Presiden memiliki data akurat laporan dari intelijen, itu pasti, tapi data yang dimiliki Presiden adalah ruang lingkup keinginan yang mungkin data intelijen tidak sesuai, mungkin saja datanya benar tapi pelaku di lapangan berbeda."
"Tapi ini langkah baik Presiden karena selalu ia mengatakan, jangan salah pilih untuk memilih pemimimpin ke depannya," katanya, dikutip dari YouTube KompasTV, Minggu (17/9/2023).
Baca juga: Soal Data Intelijen Jokowi: Parpol Sebut Wajar, Koalisi Masyarakat Sipil Sebut Penyalahgunaan
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengaku telah mengetahui apa yang diinginkan oleh para partai politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal ini ia sampaikan di hadapan relawan pendukungnya saat membuka Rapat Kerja Nasional Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi di Hotel Salak, Bogor, Sabtu (16/9/2023).
"Saya tahu dalamnya partai seperti apa saya tahu, partai-partai seperti apa saya tahu."
"Ingin mereka menuju ke mana juga saya ngerti," kata Jokowi, Sabtu, dikutip dari YouTube Kompas TV.
Jokowi tidak membeberkan informasi apa yang ia ketahui dari partai-partai politik itu.
Ia hanya menjelaskan bahwa informasi itu ia dapat dari aparat intelijen, baik itu Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, maupun TNI.
"Dan informasi-informasi di luar itu, angka, data, survei, semuanya ada, dan itu hanya miliknya presiden karena dia langsung ke saya," ujar Jokowi.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Abdi Ryanda S)