News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Pendiri LSI Denny JA Soroti Wacana Duet Prabowo-Ganjar: Bisa Menang Telak Atas Anies-Muhaimin

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana menduetkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 kembali mencuat.

Jika hal ini benar terjadi, maka Pilpres 2024 hanya akan diikuti dua pasangan, yakni Prabowo-Ganjar dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Menurut Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Denny Januar Ali jika Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon, maka pasangan Prabowo-Ganjar bisa menang telak atas Anies-Muhaimin.

Terlebih berdasarkan hasil survei LSI Denny JA terbaru pada September 2023, Prabowo dan Ganjar memperoleh dukungan 64,9 persen.

Sementara, Anies dan Muhaimin hanya mendapatkan 16,6 persen suara.

Terdapat selisih 40 persen antara kedua pasangan calon.

"Inilah kemenangan tertinggi dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia," kata Denny kepada wartawan, Jumat (22/9/2023). 

Baca juga: Anies Baswedan Soal Prediksi Pilpres 2024 Hanya Dua Poros: Itu Bukan Isu

Denny mengatakan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menang besar di Pilpres 2004 dan 2009, namun kemenangannya di bawah 61 persen.
Sementara, Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar bisa meraih kemenangan di atas 62 persen.

Bila posisinya dibalik, Ganjar sebagai capres dan Prabowo cawapres, pasangan ini juga tetap menang di angka 60 persen.

Sementara, Anies-Cak Imin memperoleh 20,6 persen.

"Memang ini juga kemenangan telak. Tapi selisih kemenangannya di bawah 40 persen. Sementara, jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40 persen," tegas Denny.

Baca juga: Perbandingan Style Baju Capres PDIP, Jokowi di Pilpres 2014-2019 vs Ganjar 2024

Namun, muncul pertanyaan soal kesediaan Ganjar mengalah menjadi cawapres Prabowo.

Menurut Denny, jika kalkulasinya rasional, hal itu mungkin terjadi. Apalagi, kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres.

Denny menerangkan bahwa Pilpres adalah peristiwa politik yang sarat kalkulasi dengan perbedaan cara menghitungnya.

PDIP yang merupakan partai dengan suara terbesar diyakini tak ikhlas jika kadernya hanya menjadi cawapres.

Apalagi, jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua.

Meski begitu, kata Denny, sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup, segala hal masih mungkin terjadi.

"Ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apapun. Itu juga termasuk bisa mengubah siapapun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini