Ia menyebut, ketika Gibran telah menerima pinangan dari partai lain, seharusnya ia mengundurkan diri dari PDIP.
"Seharusnya etikanya Mas Gibran kalau sudah menerima pinangan partai lain, dia mengundurkan diri etikanya sebelum kita mengeluarkan," ujarnya di Media Center TPN, Jakarta, Senin (23/10/2023).
Sunarto lantas menambahkan, bahwa tak sepantasnya seorang kader partai bermain dua kaki.
"Karena serba salah kan, kalau dia tidak mengundurkan diri tapi menerima itu kan dua kaki namanya," ucap Sunanto.
Meski begitu, Sunanto mengaku sempat memperoleh informasi bahwa Gibran akan mundur dari PDIP.
"Informasinya dia mau mengundurkan diri Mas Gibran dari partai, tunggu saja," ungkapnya.
Senada dengan Sunanto, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, berpendapat seharusnya Gibran mundur dari partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Harusnya ketika aksinya dimulai oleh Mas Gibran, ketika mau pindah ke tempat lain, harusnya Mas Gibran sudah merampungkan terlebih dahulu," kata Yunarto, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa (24/10/2023).
"Itu yang menurut saya agak aneh kalau kemudian bolanya dilempar ke PDIP, harusnya yang membuat aksi itu harus mengerti aturan internal partainya yang terdahulu," jelasnya.
Yunarto pun merasa bingung dengan jawaban Gibran saat ditanya mengenai posisinya di PDIP.
"Dan saya agak bingung dengan jawaban Mas Gibran, jawabannya malah hanya sudah berkomunikasi dengan Mbak Puan," tuturnya.
Gerindra akan Buka Komunikasi dengan PDIP
Mengenai ganjalan Gibran masih menjadi kader PDIP ketika ditunjuk menjadi bacawapres, Gerindra menyebut akan segera mencari solusinya.
Hal tersebut, disampaikan oleh Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.