Menurut pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD), Wahyuningsih Subekti, seharusnya kesalahan semacam itu bisa dihindari.
"Sebenarnya kesalahan-kesalahan dalam penyebutan tersebut dapat dihindari jika dia memang memiliki pengalaman yang sudah cukup banyak serta menguasai bidang tertentu,” ujar Wahyuningsih, Selasa.
Wahyuningsih juga beranggapan jika kemampuan berkomunikasi bagi tokoh politik itu perlu dilatih karena sifatnya bukan bakat.
“Pada saat seseorang terbiasa menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban pendek dan terbiasa menolak untuk memberikan penjelasan secara komprehensif, maka orang tersebut bisa masuk ke dalam field of nervous and anxiety tersebut, apalagi jika dia memiliki beban sebagai calon pemimpin negara," ujarnya.
Bagi Wahyuningsih, idealnya seorang pemimpin apabila ingin menjelaskan sesuatu yang bukan kemampuan di bidangnya, lebih baik memilih kata-kata yang lebih umum.
“Ketika seseorang berniat untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya bukan bidangnya, akan lebih baik dia memilih kata-kata yang lebih umum, tidak menggunakan jargon-jargon yang bukan bidangnya agar pikirannya tidak terlalu terbebani," jelasnya.
Gibran Sudah Minta Maaf
Gibran Rakabuming Raka telah menyampaikan permohonan maaf karena salah menyebut asam folat menjadi asam sulfat sebagai zat yang dibutuhkan ibu hamil.
“Apa sih kemarin saya menyebutnya? Asam sulfat, ya. Ya, mohon maaf, mohon dikoreksi, ya,” kata Gibran usai badminton di GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023).
“(Harusnya) Asam folat. Sorry, sorry, ya. Maaf, mohon dikoreksi,” kata Gibran.
Sebagai informasi, asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B kompleks yang baik untuk kesehatan perempuan.
Bagi ibu hamil, asam folat termasuk asupan terpenting selain zat besi, kalsium, dan mineral.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: Gibran Salah Sebut Asam Folat Jadi Asam Sulfat, Gerindra Jateng: Tak Turunkan Elektabilitasnya.
(Tribunnews.com/Deni/Malvyandie Haryadi)(TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)