Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Istri Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti menjadi salah satu pembicara dalam ASJI Annual, Internasional Symposium dan Seminar On Japanese Studies In Indonesia, yang dilaksanakan di Kompleks Universitas Sebelas Maret, Solo (UNS), Solo, Jawa Tengah, Kamis (7/12/2023).
Acara itu bertema Human Security Issues: Revisiting the Concept of Human Security from the Perspectives of Japan and Indonesia.
Acara ini juga turut dihadiri oleh perwakilan civitas Universitas Sebelas Maret dan puluhan mahasiswa.
Selain itu hadir pula Ketua umum ASJI Pusat Julian Adrian Pasha, Guru Besar Ilmu Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Irwan Trinugroho, dan Direktur General The Japan Foundation Jakarta Yuichi Takahasi.
Sebagai Dewan Kehormatan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI), Atikoh menyampaikan soal human security yang menjadi perhatian dan menjadi isu penting dibicarakan.
Baca juga: Silaturahmi Kiai dengan Siti Atikoh di Krapyak, KH Yasin Nawawi Tegaskan Dukungan ke Ganjar-Mahfud
Dia juga teringat akan ikatan kuat yang terjalin antara Jepang dan Indonesia, tidak hanya dalam hal hubungan diplomatik namun juga dalam komitmen bersama terhadap kesejahteraan dan keselamatan rakyat.
Apalagi human security mencakup berbagai masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan politik.
Hal ini tentang memastikan bahwa setiap orang dapat hidup bebas dari rasa takut, kekurangan, dan penindasan.
"Jepang dan Indonesia menyadari pentingnya human security dan telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengatasi berbagai aspeknya," kata Atikoh.
Dia juga menyampaikan bahwa Jepang dan Indonesia memiliki sejarah kolaborasi dan persahabatan yang panjang dalam membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan human security.
Terlebih di masa sulit menghadapi berbagai tantangan seperti bencana alam, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi,
"Kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan kesejahteraan warga negara kita," ucapnya.
Atikoh lalu berbicara soal aspek terpenting dan harus menjadi fokus utama pada kesiapsiagaan dan tanggap bencana.
Baik Jepang maupun Indonesia sama-sama rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
Dengan berbagi pengetahuan, keahlian, dan praktik terbaik, Atikoh menyakini dapat meningkatkan sistem manajemen bencana dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat.
"Kolaborasi di berbagai bidang seperti sistem peringatan dini, rencana evakuasi, dan pembangunan infrastruktur akan sangat penting dalam menjaga kehidupan dan penghidupan masyarakat," terangnya.
Selain itu, istri Ganjar Pranowo ini juga mengatakan soal tantangan krisis kesehatan masyarakat, seperti pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini.
Dia pun menyebut, Jepang merupakan negara terdepan dalam kemajuan dan teknologi medis, sementara Indonesia memiliki populasi besar yang memerlukan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas.
"Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis," paparnya.
Atikoh menambahkan bahwa stabilitas ekonomi memainkan peran penting dalam keamanan manusia. Baik Jepang maupun Indonesia memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan.
Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita.
"Hal ini tidak hanya akan meningkatkan standar hidup mereka tetapi juga berkontribusi terhadap stabilitas sosial dan mengurangi risiko konflik," paparnya.
Lebih jauh, Atikoh juga menaruh perhatian terhadap isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Baik Jepang maupun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam mendorong kesetaraan gender, namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
"Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Hal ini mencakup akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, peluang ekonomi, dan keterwakilan politik," jelasnya.
"Perlu diingat, ketika perempuan diberdayakan, masyarakat akan berkembang dan keamanan manusia diperkuat," sambung dia.
Maka, Atikoh menilai hubungan antara Jepang dan Indonesia lebih dari sekedar hubungan diplomatik. Hal ini berakar pada komitmen bersama terhadap keamanan manusia.
Melalui kerja sama, Atikoh menyakini tantangan masyarakat dan memastikan kesejahteraan dan keselamatan masyarakat dapat dilakukan.
"Mari kita terus memperdalam kolaborasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, serta membangun masa depan di mana setiap orang dapat menjalani kehidupan yang bermartabat, aman, dan memiliki peluang," tutupnya.