Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai Kapolri perlu mendalami intimidasi terhadap seniman Butet Kartaredjasa.
Diketahui intimidasi yang diduga dilakukan polisi, yakni memintanya menandatangani komitmen agar pertunjukan seni Butet. Akhir pekan lalu bertajuk Musuh Bebuyutan bebas dari unsur politik.
Menurutnya surat komitmen seniman Butet dengan kepolisian untuk acara pementasan itu, patut jadi perhatian Kapolri. Karena menyangkut upaya institusi kepolisian membangun kepercayaan masyarakat.
Atas hal itu Ray meminta Kapolri untuk dengan sebesar-besarnya memperhatikan peristiwa ini. Betapapun telah disampaikan klarifikasi oleh pihak kepolisian, tapi rasanya belum sepenuhnya menjawab beberapa persoalan.
Antara lain kata Ray benarkah ada petugas kepolisian yang mendatangi para seniman ke tempat lokasi? Bila benar, untuk apa didatangi.
"Benarkah ada surat komitmen yang ditulis oleh para seniman dengan pihak kepolisian yang intinya adalah menegakan komitmen untuk tidak berbicara politik dalam pementasan yang dimaksud?" kata Ray kepada Tribunnews.com, Kamis (7/12/2023).
Bila benar, menurutnya maka untuk apa surat itu dibuat, mengapa ada pernyataan untuk tidak berbicara politik.
"Bila yang dimaksud komitmen politik itu adalah misalnya tidak ada kampanye, pemasangan atribut dan sebagainya, maka sesungguhnya hal itu menjadi urusan Bawaslu," jelasnya.
Sebelumnya, Butet melakukan pementasan teater berjudul Musuh Bebuyutan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (1/12/2023) lalu.
Tema yang diusung adalah pertarungan politik yang terjadi di antara dua pihak yang sebelumnya bersahabat.
Butet menyebut bentuk intimidasi yang diduga dilakukan polisi, yakni memintanya menandatangani komitmen agar pertunjukannya bebas dari unsur politik.
"Karena untuk pertunjukan kali ini setelah 41 kali Indonesia kita main, baru kali ini saya harus membuat surat pernyataan tertulis kepada polisi. Bahwa saya harus berkomitmen tidak ada unsur politik di dalam pertunjukan," kata Butet seperti potongan video yang ditayangkan Kompas TV, Selasa (5/12/2023).
Dia menganggap intimidasi tersebut seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru.
"Oh keren, selamat datang Orde Baru," ungkap Butet.