TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Komunitas Pecinta Ganjar-Mahfud (Kopi Gama), Gus Paox Iben menyayangkan aspek pertahanan budaya belum menjadi perhatian utama para Capres.
Pandangan tersebut disampaikan Gus Iben saat melihat mayoritas Capres belum memiliki pemahaman pertahanan budaya yang komprehensif saat menjelaskan aspek budaya dalam pertahanan negara pada Debat Capres yang berlangsung Minggu (7/1/2024) malam.
“Tekanan terhadap konten kebudayaan masih sangat kurang. Padahal seharusnya kebudayaan bisa menjadi Panglima,” ujarnya kepada wartawan selepas mengikuti Debat Capres.
Baca juga: Prabowo Ajak Anies-Ganjar Diskusi Pertahanan di Luar Debat, Cak Imin Nilai Publik Juga Harus Tahu
Padahal menurut Gus Iben, pengertian kebudayaan saat ini semakin luas. Tidak lagi terbatas pada aktivitas kesenian dan tarian-tarian.
Perspektif kebudayaan justru merambah kepada kebudayaan militer dan kebudayaan tahan pangan.
Gus Paox Iben pun memuji Ganjar Pranowo yang menyinggung konsep Garda Samudra sebagai strategi baru dari poros maritim dunia.
Pasalnya menurut dirinya, Garda Samudra secara konseptual sangat mengakomodir agenda kebudayaan laut.
“Pertahanan (Indonesia) mengalami kemunduran karena kita meninggalkan laut. Kita sudah jauh dari kebudayaan laut. Yang diusung Mas Ganjar soal Garda Samudra ini sangat penting sebagai Poros Maritim,” tuturnya.
Terlebih sebelumnya Ganjar Pranowo juga menyampaikan soal konsep pertahanan rakyat swasta.
Dalam konsep tersebut, ungkap Paox Iben, sudah tersedia konsep kemandirian budaya untuk rakyat.
“Mas Ganjar realistis. Sementara Mas Anies sangat normatif. Prabowo kurang care dengan kebudayaan,” tegasnya.
Gus Iben menambahkan usulan program duta besar siber yang diusung Ganjar Pranowo menjadi tawaran yang cukup menarik.
Sebab, dengan strategi tersebut, upaya untuk menahan serangan dan ancaman bisa diselesaikan lebih cepat.
“Kita mesti punya duta siber. Keyword-keyword (yang disampaikan Ganjar) tersebut menarik,” tuturnya.