TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Indonesia kembali disuguhkan debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024) malam.
Debat capres menghadirkan capres nomor urut 1 Anies Baswedan, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
Debat capres ini mengambil tema soal pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
Namun yang menjadi ironi dalam debat capres kali ini menurut Ananda Bahri selaku Ketua OKK Relawan Kami Prabowo adalah sikap Anies Baswedan yang tidak mengedepankan gagasan dan substansi tema
"Namun malah sibuk menebar fitnah dan terkesan menghasut serta memprovokasi publik untuk merendahkan Prabowo baik secara kinerja dan pribadi," ujar Bahri, Selasa (9/1/2024).
Fitnah yang pertama, menurut dia, adalah terkait kepemilikan lahan pribadi Prabowo yang menurut Anies Baswedan adalah seluas 340 ribu hektar dan tuduhan ini tidak benar.
Hal ini, lanjut Bahri, karena menurut catatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (8/1/2024), Prabowo memiliki lahan pribadi seluas 8,7 hektar.
"Lagipula tidak ada korelasi sama sekali antara kepemilikan lahan pribadi Prabowo dengan tema debat yang telah disepakati dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu soal pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik," ujarnya.
Fitnah kedua, menurut Bahri, Anies Baswedan menyebutkan bahwa Kementerian Pertahanan dibawah komando Prabowo telah menghabiskan anggaran negara sebesar Rp 700 trilliun untuk membeli alutista bekas.
Ananda Bahri yang juga Jubir TKN Golf Muda Prabowo-Gibran ini menjelaskan bahwa seluruh total anggaran Kemenhan sejak tahun 2019 sampai tahun 2023 adalah sebesar Rp 660,37 triliun dan bukan Rp 700 triliun.
"Selanjutnya dengan logika dasar saja kita tahu bahwa tidak mungkin seluruh anggaran sebesar Rp.660,37 triliun ini dihabiskan hanya untuk pembelian alutista karena harus ada instrument anggaran belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa," ujarnya.
Sebagai seorang mantan pejabat sekelas Gubernur, Bahri mengatakan harusnya Anies Baswedan tahu bahwa sebelum melakukan pembelian alutista, Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Legislatif dalam hal ini komisi 1 DPR RI yang membawahi urusan pertahanan.
"Apalagi salah satu pimpinan komisinya juga merupakan kader partai PKS selaku partai pengusung Anies Baswedan yang turut menyetujui Rancangan Anggaran Belanja Kemenhan selama ini," ujar Bahri.
Oleh karena itu Bahri mengatakan dengan data dan logika seperti apa yang digunakan seorang mantan pejabat publik seperti Anies Baswedan dengan menyebutkan bahwa belanja alutista bekas menghabiskan lebih besar dari anggaran Kemenhan merupakan fitnah, menghasut serta memprovokasi rakyat untuk menjatuhkn Prabowo.
Ananda juga menyebut bahwa fitnah-fitnah ini bukan kali pertama dilakukan Anies Baswedan.
Sebelumnya, Bahri mengatakan Anies juga pernah melontarkan fitnah pada debat perdana capres pada 12 Deaember 2023 lalu yang menyebutkan bahwa Harun Al Rasyid adalah pendukung Prabowo yang tewas karena melakukkan aksi protes didepan gedung KPU tahun 2019 silam.
Namun realitanya Harun Al Rasyid saat itu masih berusia 15 tahun dan duduk dibangku SMP sehingga belum memiliki hak konstitusional untuk terlibat pada politik praktis.
"Namun sampai berita ini diterbitkan Anies belum pernah meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataannya pada debat perdana tersebut," ujar Bahri.
Baca juga: Anies Dilaporkan & Dituding Fitnah Soal Lahan Prabowo, Bagaimana dengan Umpatan dari Capres 02?
Ananda bahri menyimpulkan bahwa Anies Baswedan seperti tukang obat yang berusaha meyakinkan konsumen (publik) bahwa obatnya dapat meyembuhkan segala bentuk penyakit dengan cara menjelek jelekkan dan memfitnah produk obat lain demi mendapatkan keuntungan pribadi dan menjadikan produknya diminati publik.
"Namun Kami Prabowo percaya bahwa masyarakat hari ini terutama Gen Z dan Milenial sudah sangat cerdas dan kritis sehingga tidak mudah difitnah, diprovokasi dan apalagi diadu domba," katanya.
"Justru kejadian ini membuat kami bersyukur akhirnya publik bisa benar benar menilai mana pemimpin yang memiliki hati bersih ingin menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mana pemimpin yang bertopeng seolah sangat beretika dan terdidik namun ternyata suka menebar fitnah demi menjatuhkan lawan," tutupnya.