TRIBUNNEWS.COM - Sektor pertanian dibahas dalam Dialog Capres yang digelar Kamar Dagang Indonesia (Kadin) pada Kamis (11/1/2024).
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah KADIN Sarman Sianjorang menyampaikan berkurangnya jumlah petani di Indonesia dari tahun ke tahun.
Artinya, kata dia, tak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia.
Ia merinci, penduduk Indonesia bertambah 25,5 juta jiwa sementara jumlah petani berkurang 1,7 juta jiwa dalam 10 tahun terakhir.
Jumlah petani ini terus berkurang karena 32 persen petani saat ini berusia di atas 60 tahun.
Sedangkan anak muda kurang berminat menjadi petani baru.
“Ekosistem pertanian juga belum baik dimana 59 persen petani menggarap lahan dibawah 0,5 hektar. Hal ini membuat sulit mendapat bibit, pupuk dan teknologi karena kecilnya skala usaha. Di sisi lain, nilai tukar petani semakin menurun karena rendahnya produktivitas dan teknologi,” jelas Sarman, dalam tayangan langsung YouTube Kadin Indonesia.
Ia kemudian menyampaikan dua pertanyaan, yakni bagaimana strategi meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan kemandirian pangan.
Kemudian pertanyaan kedua terkait dengan apa strategi yang akan dipilih untuk meningkatkan pendapatan petani melalui modernisasi pertanian sekaligus mewujudkan kemandirian industri pertanian.
Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, yang hadir dalam acara memberikan pendapatnya.
Dirinya menegaskan, kemandirian dalam sektor pertanian untuk menyokong ketahanan pangan harus ditempuh melalui berbagai langkah serius.
Baca juga: TKN Sebut Ada Potensi Pemilu 2024 Digagalkan, Singgung soal Koran Hoax Tuding Prabowo Penculik
Salah satunya dimulai dengan pembenahan data pertanian agar dapat diketahui dengan jelas kekuatan dan kelemahan sektor pertanian Indonesia.
Ganjar menegaskan, berbagai upaya untuk menghadirkan pertanian yang mandiri harus dimulai dengan satu data pertanian Indonesia.
“Kalau ini semua tidak dirangkum dalam satu data pertanian Indonesia maka akan jebol. Lahan kita tidak akan tercatat dengan baik maka ketika kita mencontohkan subsidi pupuk saja sampai hari ini tidak pernah tepat sasaran,” tegas dia.