Lalu, seperti apakah strategi mereka dalam menghadapi utang luar negeri tersebut?
Anies Sebut Utang Luar Negeri Harus Digunakan untuk Aktivitas Produktif
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan mengatakan, utang negara yang didapat dari luar negeri harus digunakan seefektif mungkin dan aktivitas produktif.
Menurut Anies, utang bukan untuk membeli hal-hal yang tidak produktif, seperti alutsista bekas.
Hal itu disampaikannya saat merespons capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, perihal utang luar negeri, pada debat capres, Minggu.
"Utang-utang yang kita gunakan untuk aktivitas produktif. Jangan utang itu digunakan untuk kegiatan yang nonproduktif, misalnya utang dipakai untuk membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan," kata Anies.
Menurut Anies, rasio perbandingan utang luar negeri sebesar 30 persen dari produk domestik bruto.
"Kita harus bisa mencapai maksimal angka 30 persen dari GDP. Sehingga kita aman, masih di bawah 30 persen," ujar Anies.
Lebih lanjut, Anies pun menilai perlu menata utang luar negeri, kemudian meningkatkan produk domestik bruto.
"Yang tidak kalah penting adalah melakukan pengembangan skema-skema yang lebih kreatif dalam mencari utang luar negeri. Termasuk pelibatan swasta," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Lalu, memastikan bahwa ada perluasan wajib pajak yang harapannya nanti akan memperkuat juga GDP kita di samping mengurangi kebocoran pajak," pungkas Anies.
Prabowo Klaim Indonesia Tak Pernah Gagal Bayar Utang
Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto menyebutkan bahwa Indonesia tak pernah gagal dalam membayar utang luar negeri.
Selain itu, kata Prabowo, Indonesia merupakan negara yang sangat dihormati di mata luar negeri.
Sehingga, ia tak khawatir mengenai adanya potensi intervensi kedaulatan Indoenesia akibat utang yang terus bertambah.
"Kita tak terlalu khawatir negara lain mau intervasi kita soal utang."