TRIBUNNEWS.COM - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto menyebutkan rumput lau bisa dijadikan sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pupuk.
Menurut Prabowo, menjadikan rumput laut sebagai pengganti BBM hingga pupuk tidak membutuhkan banyak biaya.
Hal tersebut, diungkapkan Prabowo dalam acara "Dialog Capres Bersama KADIN: Menuju Indonesia Emas 2045", yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi, Jumat (12/1/2024) lalu.
Saat itu diketahui tengah ada tanya jawab mengenai pengembangan komoditas.
"Ekspor (yang dikembangkan) ya tadi jawaban saya, semua. Rumput laut itu bisa kita pakai sebagai gantinya pupuk, rumput laut bisa kita jadikan BBM."
"Luar biasa rumut laut, industrinya juga gak mahal," kata Menteri Pertahanan tersebut, Jumat.
Lalu, bagaimanakah menurut pakar mengenai rumput laut yang diklaim bisa menjadi pengganti BBM itu?
Pendapat Ahli
Sebelumnya diketahui, Direktur Ilmiah Teknik dan Teknologi, Institut Groningen Belanda, Prof Dr Ir Hero Jan Heeres (HJ) Heeres, pernah membahas potensi rumput laut untuk dijadikan sebagai biomassa tersebut.
Yakni, bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga bahan bakar dan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, pakan ternak, dan lain-lain.
Hal tersebut disampaikan oleh Heeres dalam acara sharing session ilmu bioengineering dari Scientific Director of the Engineering and Technology, Institute Groningen, Belanda, Prof. Dr. Ir. Hero Jan (HJ) Heeres di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada November 2023 lalu.
Baca juga: Kelompok Tani Pendukung Prabowo-Gibran di Purbalingga Berharap Besar soal Solusi Masalah Pupuk
Dilansir laman itb.ac.id, Heeres menyampaikan mengenai salah satu solusi inovatif agar tidak bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan material.
Dalam hal ini, Heeres menjelaskan, keterbatasan bahan bakar tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Maka dari itu, salah satu solusi yang ditemukan dan lebih berkelanjutan adalah dengan memanfaatkan biomassa sebagai sumber energi dan bahan baku industri.
Potensi Biomassa, Khususnya Rumput Laut Merah
Heeres kemudian menjelaskan perspektif menarik tentang potensi biomassa, khususnya rumput laut merah (Eucheuma Cottonii), sebagai sumber daya yang dapat diandalkan untuk memproduksi bahan kimia berbasis bio.
Rumput laut merah, kata Heeres, merupakan biomassa generasi ketiga atau biomassa yang bukan bahan pangan.
Organisme tersebut mampu tumbuh di berbagai lingkungan, termasuk air tawar, air asin, dan air limbah perkotaan.
Pertumbuhan rumput laut merah relatif cepat dan dapat dipanen dalam waktu enam pekan dan kandungan karbohidratnya pun tinggi mencapai 84 persen.
Selain itu, tidak ada kandungan lignin pada rumput laut merah sehingga membuatnya mudah diuraikan.
“Rumput laut merah mengandung senyawa carrageenan dan agarose,” ujarnya.
Kedua senyawa tersebut memegang peran penting dalam industri pangan dan farmasi.
Carrageenan sebagai gelling agent, stabilizer, dan thickener, digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Hilirisasi Tak Cuma Komoditas Pertambangan, Sawit hingga Rumput Laut Ikut Digenjot
Sementara itu, agarose yang memiliki kemampuan membentuk gel banyak digunakan dalam teknik pemisahan biomolekul seperti elektroforesis.
Dalam hal ini, konsep yang diusung oleh Heeres adalah mengubah biomassa, khususnya rumput laut merah, menjadi bahan kimia berbasis bio.
Melalui pendekatan model kinetik galaktosa (GAL) dan 3,6-anhidro-D-galaktosa (D-AHG), rumput laut merah dapat diolah menjadi senyawa kimia esensial seperti 5-Hidroksimetilfurfural (HMF) dan asam levulinat (LA).
Kedua senyawa ini memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk plastik, bahan bakar, atau pelarut.
Dari hal tersebut, bisa membuktikan bahwa biomassa dapat menjadi pendorong utama dalam produksi bahan kimia berkelanjutan.
Heeres menekankan, bahwa kunci utama memaksimalkan potensi konversi biomassa ini adalah dengan menentukan model kinetik yang tepat dan merancang reaktor yang optimal.
Yakni dengan menggali pengetahuan lebih dalam terkait kinetika reaksi dan kondisi operasional reaktor, harapannya yield produk dapat meningkat.
Menurut Heeres, rumput laut merah yang diubah menjadi bahan kimia berbasis bio dapat mendukung pengembangan sumber daya terbarukan.
Selain itu, juga bisa mengurangi jejak industri kimia di lingkungan.
(Tribunnews.com/Rifqah)