"Kemudian itu berdampak pada ekologi, karena kawasan yang dibuka itu kawasan hulu beberapa sungai berkonstribusi terhadap terjadinya banjir di desa-desa yang ada dibawahnya," ujarnya.
Setidaknya sejak pembukaan lahan yang dilakukan tahun 2021 itu banjir sering terjadi dibeberapa desa yang ada dibawah lokasi Food Estate singkong tersebut.
“Kondisinya sekarang lahan yang sudah dibuka itu tadi tidak bisa ditanami semuanya karena banyak faktor salah satunya tidak ada pembiayaan yang diberikan oleh negara," tuturnya.
Sehingga aktivitas di lapangan itu tidak dilakukan oleh para pekerjanya, pekerjanya banyak yang pulang atau tidak lagi melakukan kegiatan di lahan-lahan food estate itu tesebut.
Bayu juga mengungkap ke depannya kalau ini tidak segera dipulihkan atau dikembalikan fungsi hutannya, maka akan semakin memperbesar kerusakan lingkungan.
Bukan hanya berdampak bada bencana banjir tetapi juga kerugian ekonomi bagi masyarakat yang ada di lokasi tersebut.
Sebagian artikel telah tayang di TribunKalteng.com dengan judul Program Food Estate Gunung Mas Terhenti, Ini Tanggapan Land Right dan Advokasi Borneo Institute dan Walhi Kalteng Soroti Program Food Estate Gunung Mas, Ungkap Dampak Lingkungan Jika Mangkrak
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (TribunKalteng.com/Herman Antoni Saputra/Lidia Wati)