Berikut pernyataan lengkap Guntur dalam Podcast Apa Adanya:
Baca juga: Pengamat Soroti Pernyataan Guntur soal Jokowi, Sebut Sebagai Serangan PDIP: Presiden Bisa Marah
"Saya ini sejak dulu waktu era orde baru, waktu ada rencana akan ada fusi partai, saya kebetulan waktu itu jurkamnas PNI- Front Marhaenis, saya tidak setuju dengan adanya fusi, jadi sebaiknya PNI-Front Marhaenis tidak usah ikut-ikut fusi lahm" jelasnya.
"Tapi rupanya DPP PNI-Front Marhaenis waktu itu bilang, 'waduh kalau kita ga ngikutin policy-nya Pak Harto untuk fusi, salah-salah kita dibubarkan'. Terus saya bilang 'bubarin ya bubarin aja pak, kenapa, di Pemilu 71 kita masih bisa meraih suara 3 juta konkrit'."
"Tapi saya sudah mengatakan gitu masih saja tetap aja ga berani, kemudian saya mnenyatakan kalau begitu saya tidak gabung partai apapun, termasuk PDI,
dan sampai sekarang pun setelah berubah menjadi PDI Perjuangan saya berada di luar," ucap Guntur.
"Tapi bukan berarti saya tidak berpolitik, yang betul saya tidak masuk partai politik. Dan saya menyalurkan aspirasi politik saya melalui tulisan, artikel, pidato dan lain sebagainya."
Tentang Fusi Partai Era Soeharto
Pada artikel laman Repository Universitas Jember, tertulis mengenai sejarah Fusi Partai yang digaungkan zaman Soeharto.
Isinya yakni menerangkan sejarah fusi partai dan seluk beluknya, yakni:
"Orde Baru lahir sebagai koreksi total dari pemerintahan sebelumnya dimana keadaan politik yang tidak stabil menyebabkan kehancuran dalam bidang ekonomi.
Selanjutnya pemerintah Orde Baru menciptakan sebuah format politik dengan tujuan untuk menciptakan stabilitas nasional, baik dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan hal inilah penulis ingin mengkaji permasalahan (1) format politik Orde Baru, (2) pengendalian kehidupan politik nasional, (3) dampak Fusi terhadap dinamika partai politik setelah pemilu 1977.
Tujuannya adalah (1) mendeskripsikan format politik Orde Baru, (2) menganalisis pengendalian kehidupan politik nasional, (3) menganalisis dampak Fusi terhadap kehidupan partai politik setelah pemilu 1977.
Penelitian ini menggunakan pendekatan pembuatan kebijakan yang diambil dari Harold D. Lasswell dan Richard C. Snyder.
Sedangkan teorinya adalah teori elit yang di ambil dari pendapat Pareto dan Roberto Michels.
Penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.