TRIBUNNEWS.com - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut tiga, Mahfud MD, mengungkapkan rencana awalnya soal ia mundur dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).
Mahfud mengaku sebenarnya sudah ada diskusi mengenai pengunduran dirinya dari Kabinet Indonesia Maju (KIM) saat dipilih menjadi pasangan Ganjar Pranowo.
Namun, saat itu, kata Mahfud, muncul pro-kontra dari sejumlah pihak, termasuk partai politik (parpol) yang mengusung dirinya dan Ganjar.
"Diskusinya dulu begitu. Tetapi, pada waktu itu muncul pro-kontra, di kantor ini juga. Teman-teman juga begitu, kemudian di DPR, di lingkungan partai politik pengusung, juga begitu (muncul pro-kontra)."
"Itu kan harus didengar semua," ungkap Mahfud dalam acara Rosi: Mahfud Memilih Mundur, Kamis (1/2/2024).
Karena itu, Mahfud kemudian mengambil putusan ia akan mundur dari jabatannya pada 14 Februari 2024, seusai pencoblosan.
Mahfud mengaku, jika sesuai rencana, ia akan mundur sebagai Menko Polhukam setelah hasil quick count Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, keluar.
"Akhirnya, saya ambil keputusan, sudah nanti saya mundur tanggal 14 (Februari), sesudah pencoblosan. Sesudah quick count, apapun hasilnya, saya mundur," aku Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud menuturkan, apabila saat pencoblosan nanti ia dan Ganjar tidak terpilih, akan ada beban psikologis yang ia rasakan jika masih berstatus sebagai Menko Polhukam.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengaku tidak nyaman jika masih menjadi Menko Polhukam setelah pencoblosan Pilpres 2024 karena status politiknya.
"Karenasatu putaran, saya sudah tidak ikut pemerintah. Masa saya mau begitu (bergabung di kabinet) terus. Kurang enak secara psikologis, soal etis lain lagi."
Baca juga: Mahfud MD Ungkap Perasaannya usai Mundur dari Kabinet Jokowi
"Tapi psikologis, saya nggak enak di situ terus, wong jelas saya secara politik. Sehingga saya merencanakan tanggal 14 sebenarnya, sore. Itu rencana awal," urai Mahfud.
Namun, rencana awal Mahfud langsung berubah usai Ganjar menyinggung soal pejabat publik yang masih menjabat, padahal lebih banyak menghabiskan waktu untuk kampanye pemilu.
Ganjar diketahui mengimbau para menteri, termasuk Mahfud, agar mundur dari jabatannya jika berpartisipasi dalam pemilu atau pilpres.
Menindaklanjuti imbauan Ganjar itu, Mahfud langsung merespons dengan mengiyakan saran tersebut.
"Kemudian memang ada tuh, yang dikutip Pak Ganjar, pokoknya menteri harus mundur, termasuk Pak Mahfud. Kan gitu."
"Nah tentu saya tidak bisa tidak merespons itu dengan positif," kata Mahfud.
Kalau begitu, ini mungkin momentum yang tepat," pungkas dia.
Tiga Poin Surat Mahfud MD
Diketahui, Mahfud MD sudah memberikan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis.
Surat itu disampaikan Mahfud saat bertemu Jokowi, didampingi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno.
"Baru saja saya diterima Bapak Presiden Joko Widodo yang ditemani Bapak Mensesneg Prof Pratikno."
"Saya menyampaikan surat kabar tentang kelanjutan tugas saya sebagai Menko Polhukam."
"Saya menyampaikan intinya saya mengajukan permohonan untuk berhenti," kata Mahfud dalam konfenresi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
Mahfud mengungkapkan ada tiga poin penting dalam surat pengunduran dirinya.
Baca juga: Mahfud MD Mundur dari Jabatan Menko Polhukam, Awak Media: Terima Kasih Prof Mahfud
Pertama, kata Mahfud, ia mengucapkan terima kasih kepada Jokowi karena telah memilih dirinya sebagai Menko Polhukam pada 23 Oktober 2019 silam.
"Pertama, saya menyampaikan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo yang pada 23 Oktober 2019 mengangkat saya sebagai Menko Polhukam dan menyerahkan SK pengangkatannya dengan penuh penghormatan kepada saya."
"Dan penghormatan saya kepada beliau pada saat ini sehingga saya secara resmi dan dengan penuh hormat juga hari ini menyatakan minta atau memohon berhenti dengan sebuah surat itu," ungkap Mahfud.
Lalu, poin kedua adalah permintaan Mahfud mengenai pengunduran dirinya.
Poin ketiga, Mahfud memohon maaf apabila selama menjabat sebagai Menko Polhukam ada pekerjaan yang tidak dilaksanakan secara baik.
"Ketiga, saya mohon maaf kepada beliau kalau memang ada masalah-masalah yang kurang saya laksanakan dengan baik," ujar dia.
Lebih lanjut, Mahfud menyebut Jokowi menyambutnya secara positif.
Ia mengungkapkan tidak ada ketegangan dalam pertemuannya dengan Jokowi.
"Alhamdulillah Bapak Presiden sama dengan saya. Kita bicara dari hati ke hati dan penuh kekeluargaan dan sama-sama tersenyum."
"Tidak ada ketegangan ataupun kita tersenyum gembira bercerita masa lalu ketika kita mulai bekerja," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Reza Deni)