TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian dan Pengembangan atau Litbang Kompas melaksanakan survei hitung cepat (quick count) Pemilihan Umum serentak 2024.
Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 jatuh bertepatan dengan hari Kasih Sayang (Valentines day), Rabu (14/2/2024).
Selain melakukan hitung cepat, Litbang Kompas juga survei pascapemilihan di kotak suara yang terkenal dengan sebutan exit poll.
Petugas survei lapangan disebut interviewer melaporkan dari 2.000 tempat pemungutan suara (TPS).
Sebagian menjangkau daerah pedalaman, terluar dan terpencil sehingga petugas terpaksa menggunakan telepon satelit untuk melaporkan hasil hitung cepat.
Hasil hitung cepat akan dimumkan beberapa jam setelah pencoblosan, sore ini.
General Manager Litbang Kompas Ignatius Kristanto Hadisaputro mengatakan ketika jumlah hasil hitung cepat dari TPS sampel yang masuk ke pusat pengolahan data di Jakarta mencapai 70 persen, maka hasilnya sudah dapat disimpulkan.
“Biasanya, kalau data masuk sudah 70 persen atau sekitar 1.200 TPS dari total 2000 sampel, hampir dapat disimpulkan bahwa pasangan calon presiden yang yang unggul. Selebihnya hanya bergeser sedikit,” ujar Kris, sapaan Ignatius Kristanto Hadisaputro, kepada Tribunnews.com, Rabu (14/2/2024).
Baca juga: Cek 11 Lembaga Survei Akurat Pilpres 2019 Dirilis KPU untuk Pilpres 2024, Litbang Kompas Aman
KPU mensyaratkan hasil hitung cepat dapat dipublikasikan setelah dua jam berlalu dari waktu berakhirnya pencoblosan di wilayah Indonesia Barat yakni pukul 13.00 WIB.
Adapun berakhirnya pencoblosan di zona waktu Indonesia tengah dan timur, lebih cepat sesuai jeda waktu.
Dengan demikian syarat hasil hitung cepat dapat dipublikasikan adalah pukul 15.00 WIB atau 16.00 Wita atau 17.00 WIT.
Berdasar hasil pemilu 2019, kata Kris, sejak pukul sejak pukul 15.00 data sudah mengalir masuk.
“Dan pengalaman pemilu lalu, pada jam 4 sore, data masuk sudah mencapai 72 persen,” ujar Kris.
Jika aliran pengiriman data dari semua TPS yang disurvei berjalan lancar, pengumuman atau deklarasi hasil quick count Pilpres diperkirakan dilakukan antara pukul 16.00 sampai 17.00 WIB.
Baca juga: Litbang Kompas: Skor Anies Terunggul di Debat Terakhir Pilpres, Prabowo Terendah
Adapun pengumuman hasil hitung cepat Pileg diperkirakan sekitar pukul 20.00 WIB.
Litbang Kompas menugasi tim survei memantau 2.000 tempat pemungutan suara (TPS).
Jumlah titik yang dipantau diambil secara acak atau random sampling dari jumlah 823.220 TPS tersebar di 38 provinsi untuk Pemilu 2024 yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Kris, kualitas hasil survei tim Litbang Kompas dijamin tepat sesuai sistem ukuran survei.
“Lebih presisi karena jumlah responden lebih besar, yaitu 2.000 TPS.”
Keandalan hitung cepat Kompas sebagai rujukan hasil Pemilu 2024 ditopang metode sampling acak sistematis dengan tingkat kepercayaan 99 persen dan simpangan kesalahan (margin of error) diperkirakan kurang dari satu persen.
Sistem dan prosedur kerja tim survei didesain berjenjang. Setiap 5 tenaga survei di TPS dipimpin sesorang koordinator TPS.
Tenaga lapangan disebut interviewer.
Dengan demikian, 2.000 petugas (interviewer) di TPS memiliki atasan langsung berjumlah 400 orang, selaku koorinator TPS.
Tenaga interviewer dan koordinator berlatar belakang pendidikan sarjana, atau mahasiswa setidaknya tingkat akhir, menjelang lulus kuliah.
Status tenaga lepas. Kemudian setiap dua atau tiga provinsi diawasi seorang tenaga peneliti Litbang Kompas.
Cara kerjanya adalah, tim lapangan menggunakan telepon seluler memotret kertas formulir Model C1 Plano yang berisi angka-angka hasil rekapitulasi penghitungan suara di TPS.
Foto dikirim melalui aplikasi yang desain tim IT Kompas di kantor Pusat di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.
Agar hasilnya akurat, tim di pusat data Litbang Kompas yang berada Jakarta, memvalidasi secara berjenjang.
Pertama, tim mengecek isi dan kualitas foto yang dikirim. Kemudian tim menelepon si pengirim foto dari lapangan, untuk menanyakan apakah foto pengitungan suara yang dikirim sudah akurat.
“Verifikai tahap kedua, dilakukan oleh tim Litbang Kompas dari Jakarta dengan menelepon ketua KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) atau petugas KPPS untuk verifikasi atau menanyakan apakah hasil pengitungan suara yang dikirim dari lapangan sesuai dengan hasil rekapitulasi riil di TPS itu. Setelah data presisi, dimasukkan ke dasboard sistem pengolahan data secara kompurer,” ujar Kris.
Masih menurut Kristanto, sebanyak 2.000 TPS sampel yang ditarik secara acak memiliki konsekwensi untuk kerja tim. 2.000 titik TPS itu dicari alamat lengkap.
“Ternyata ada di daerah terluar, desa terpencil atau di pegunungan. Tim kami harus datang ke sana, walaupun jauh, kecuali di pengunungan Papua,” kata Kris.
Dengan cara randong sampling itulah, interviewer Litbang Kompas, melakukan hitung cepat dari lima titik terluar wilayah Indonesia.
Yakni di dekat Titik Nol Sabang, Aceh, selaku wilayah paling Barat. Kemudian di bagian Selatan terletak di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Di daerah terluar, terdapat di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, titik perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Selanjutnya di Pulau Talaud, Sulawesi Utara, lokasi paling utara, serta dekat perbatan Indonesia dengan Papua Nugini.
Dari lima titik terluar dan perbatasan itu, tim interviewer Litbang Kompas akan menyampaikan laporan pandangan mata secara langsung dari lapangangan. Mereka akan laporan untuk Kompas.id dan Tribun Network.
Mengatasi kemungkinan kendala sinyal dari lokasi survei hitung cepat, petugas wajib mencari lokasi yang terkoneksi dengan sambungan sinyal telepon seluler.
“Petugas harus bergeser, untuk mencari tempat yang ada sinyal. Bisa 5 kilometer, bisa 10 kilometer baru kirim. Pokoknya harus bisa melaporkan, pada hari yang sama dengan pencoblosan,” ujar Kris.
Jika ada titik survei yang lokasinya benar-benar jauh sekali, dan waktu pengiriman lebih dari satu hari, maka Litrbang Kompas menyediakan alat komunikasi telepon satelit.
Sejauh ini, seorang interviewer di Papua menggunakan telepon satelit.
Untuk survei exit poll, Harian Kompas menyelenggarakan survei setelah pemilihan. Tim survei akan mengambil 4 responden setiap TPS sampel, mereka yang telah selesai menggunakan hak pilih, dan baru saja meninggalkan bilik suara.
Dengan demikian, terdapat 8.000 responden yang diwawancarai petugas survei di 2.000 TPS.
Responden diambil secara acak, dengan jeda waktu masing-masing sekitar 30 menit. Responden jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Saat survei exit poll, interviewer akan menanya pemilih yang telah keluar dari TPS. Siapa capres/cawapres, dan partai apa yang dipilih. Pemilih dimintai alasan mengapa mencoblos pilihan.
Kris mengatakan, kredibilitas hasil Survei Litbang Kompas diakui banyak pihak atas pertimbangan beberapa hal. Pertama, pengalaman.
Litbang Kompas sudah berulang kali melakukan survei politik terkait Pemilu. Limbang Kompas telah 15 kali melakukan survei hitung cepat.
Pertama kali dilakukan saat Pemilu tahun 1997 di zaman Orde Baru.
Saat itu, interviewer melibatkan jaringan wartawan Harian Kompas yang tersebar di banyak kota. Ketika itu, metode yang digunakan belum secanggih dan ilmiah quick count saat ini.
Selain punya pengalaman panjang, Litbang Kompas juga mandiri, Independen.
“Mengapa mandiri? Karena sumber pembiayaan survei hitung cepat Kompas dibiayai sendiri Harian Kompas, dalam hal ini PT Kompas Media Nusantara. Kami tidak terikat dengan pihak lain. Tidak ada order dari partai politik atau capres. Kami tutup. Kalau survei politik, Litbang Kompas tidak mau didanai,” ujat Kris sembari menyebut, survei komersial menerima pesanan. Misalnya, mengenai tingkat kepuasan konsumen terhadap jasa angkutan kereta api, tentang produk, industri, dan sebagainya.
Verifikasi dan validasi yang dilakukan berjenjang terhadap data juga berkontribusi positif terhadap keandalan hasil survei, baik hitung cepat mauput exit poll. (Tribunnews.com/Amb).