Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom menilai program susu dan makan siang gratis milik pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka itu tidak diperlukan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai program ini sebagai sesuatu yang lucu.
"Itu tuh program lucu. Itu kalau menurut saya sebenernya gak perlu sih program semacam kayak gitu ya. Susu gratis, makan siang gratis," kata Esther kepada Tribunnews, Jumat (16/2/2024).
Baca juga: TKN Bantah Program Makan Siang dan Susu Gratis Hanya Prank, Sebut Sejak Awal Janji Terealisasi 2029
Esther paham bahwa program ini untuk penguatan sumber daya manusia (SDM), tetapi menurut dia, caranya bukan seperti itu.
"Ya maksudnya baik ya untuk penguatan SDM, tapi kan sebenernya penguatan SDM bukan itu (caranya). Penguatan SDM itu kalau dari teori pertumbuhan ekonomi itu adalah peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan," ujarnya.
Dia bilang, yang harus ditingkatkan adalah kemampuan dan keahlian tenaga kerja masyarakatnya.
Sehingga, kelak jika ada perusahaan asing berinvestasi di sini, tenaga kerja di dalamnya bisa berasal dari masyarakat, bukan tenaga kerja asing.
"Jadi yang harus ditingkatkan adalah skill-nya ya, keahlian tenaga kerjanya. Sehingga, kalau ada orang asing mau investasi di sini, bangun pabrik, katakanlah kayak pabrik nikel di Sulawesi, orang Indonesia kan sedikit banget yang masuk, nah itu karena skill-nya tidak match dengan apa yang dibutuhkan pabrik itu. Terus teknologinya juga belum kita kuasai," tutur Esther.
Jadi, kata dia, seharusnya untuk penguatan SDM diarahkan sana. Sebab, kalau itu tidak dipikirkan, tahun 2045 ketika ada bonus demografi, dikhawatirkan malah akan muncul ledakan pengangguran.
Baca juga: Prabowo: Kalau Tidak Setuju Makan Siang Gratis Nggak Usah Gabung di Kabinet Prabowo Subianto
Menurut data Badan Pusat Statistik, di Indonesia hanya 12 persen saja angkatan kerja yang berpendidikan tinggi.
Sementara itu, 88 persennya angkatan kerja yang berpendidikan rendah, di mana tingkat pendidikannya berada pada rentang SD hingga SMA.
"Nah, itu yang saya khawatirkan. Jadi bukan susu gratis, makan siang gratis gitu loh. Itu program blunder kalau menurut saya," ujar Esther.
Belakangan ini, program susu dan makan siang gratis tengah menjadi sorotan karena dianggap hanya sebagai prank.
Pasalnya, janji tersebut baru terealisasi kepada anak-anak sekolah pada 2029 mendatang.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Nusron Wahid, dengan tegas langsung membantah bahwa program itu hanya prank semata.
Ia lantas mengatakan, program susu dan makan siang gratis akan dilaksanakan secara bertahap.
Kemudian, baru akan terealisasi atau dirasakan secara menyeluruh kepada anak-anak sekolah pada 2029 mendatang.
Di mana, targetnya pada lima tahun ke depan, ada sebanyak 82,9 juta anak yang menerima susu dan makan siang gratis.
"Pelaksanaan makan siang dan susu gratis itu dilaksanakan secara bertahap, dan akan meng-cover semua anak Indonesia sebanyak 82,9 juta itu tahun 2029," kata Nusron saat dikonfirmasi, Jumat (16/2/2024).
Dalam hal ini, Prabowo-Gibran pun dituding tidak terbuka soal janji makan siang dan susu gratis itu yang baru terealisasi pada 2029.
Nusron menegaskan lagi, sejak awal, pihaknya mengklaim sudah menyuarakan hal tersebut selama kampanye.
"Sejak awal memang sudah kami sampaikan akan dilaksanakan secara bertahap," tukasnya.
Program Makan Gratis Bakal Habiskan Biaya Rp 450 Triliun Per Tahun
Wakil Ketua Dewan Pakar TKN, Budiman Sudjatmiko menjelaskan, program tersebut akan menargetkan 82,9 juta orang yang terdiri atas siswa, santri, dan ibu hamil di seluruh Indonesia.
Sebagai informasi, program susu dan makan siang gratis itu akan menelan biaya Rp 450 triliun per tahun.
"Ini adalah revolusi damai terbesar di dunia. Pergerakan manusia, pergerakan ekonomi."
"Dan juga pergerakan sosial manusia menyediakan telur, masak nasi tiap hari untuk 82 juta perut, dikasih makan tiap hari, itu adalah revolusi damai," ujar Budiman, saat menerima deklarasi dukungan dari Angkatan Muda Koperasi Indonesia (AMKI) di depan rumah Prabowo Subianto, Jakarta Selatan, Jumat (9/2/2024).