Pasalnya, ia tidak memiliki kedudukan apa pun baik di parlemen, bahkan PDIP sendiri yang merupakan partai tempat Ganjar bernaung belum menyatakan sikap demikian.
Oleh sebab itu, posisi Ganjar nantinya kurang kuat jika dibandingkan partai politik yang menyatakan berada di oposisi.
"Ya kita-kita semua termasuk Ganjar, akademisi, civil society itu di istilahnya, ya, hanya mengkritisi pemerintah saja. Istilahnya oposisi non-parlementer, tapi itu tidak dikenal dalam konteks ketatanegaraan."
"Ya, kurang kuat, memang bukan kekuatan dari parlemen. Tetapi kalau mau mengkritisi pemerintah silakan-saja," sambungnya.
Tak cukup di situ, Ujang juga mempertanyakan soal pernyataan Ganjar yang menolak untuk gabung pemerintahan.
Menurutnya, penolakan itu bisa diucapkan jika memang ada tawaran untuk bergabung dari pihak Prabowo-Gibran.
"Ya, kalau menolak itu kan kesannya ada yang meminta, apakah betul-betul kubu Prabowo-Gibran ada yang meminta kan belum tahu," ungkapnya.
Meski begitu, Ujang menilai baik sikap Ganjar, jika pada akhirnya eks Gubernur Jawa Tengah itu memberikan kritik dan masukan kepada pemerintahan.
"Bagus-bagus saja, yang penting kritiknya objektif, konstruktif dan berdasarkan data-data dan fakta, bukan berdasarkan sentimentil kan begitu," tandasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: Ganjar Pastikan Jadi Oposisi, Gibran Minta Program Pemerintah Dikawal.
(Tribunnews.com/Deni/Rifqah/Reza/Igman/Rizki)(TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)